dc.description.abstract | Geometri merupakan cabang matematika yang membahas tentang benda benda, luas permukaan, titik-titik, garis-garis, sudut-sudut beserta hubungan hubungan yang tercipta, sifat-sifat, dan semua ukuran yang berlaku, termasuk letak letak titik, garis dan sudut dalam ruang. Dalam mengerjakan soal-soal geometri
perlu adanya kreatifitas yang dilakukan siswa karena geometri bersifat abstrak.
Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah geometri dapat ditinjau dari
kemampuan berpikir geometri yang dikembangkan oleh Van Hiele. Oleh karena itu
tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil berpikir kreatif siswa
dalam menyelesaikan soal geometri bangun datar ditinjau dari level Hiele.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A SMP Darusyafa’ah yang
dipilih berdasarkan VHGT dan telah melakukan tes geometri bangun datar. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan wawancara.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di kelas VIII A, diperoleh
hasil tes VHGT bahwa 1 siswa tergolong level 2 (Deduksi Informal), 6 siswa
tergolong level 1 (Analisis), dan 11 siswa tergolong level 0 (Visualisasi) serta 3
siswa tergolong pravisualisasi. Persentase tingkat berpikir van Hiele siswa tingkat
2, 1, 0, dan tidak termasuk Level Van Hiele berturut-turut adalah 5%, 29%, 52%,
dan 14%. Artinya siswa kelas VIII A paling banyak berada di level 0 (visualisasi).
Siswa level visualisasi dalam menyelesaikan soal geometri bangun datar
adalah siswa mampu menuliskan dan menyebutkan informasi yang tertera pada soal
secara verbal dengan benar, mampu menuliskan jawaban meskipun tidak sampai
memperoleh hasil akhir seperti yang diminta soal, mampu memahami rumus
phytagoras untuk mencari tinggi segitiga, namun hanya mengetahui beberapa rumus untuk mencari luas bangun datar. Siswa level visualisasi mampu membentuk
bangun persegi dari korek api serta menghitung luasnya menggunakan rumus.
Siswa level analisis mampu menuliskan dan menyebutkan informasi yang
tertera pada soal dengan benar, mampu menjelaskan soal dengan menggunakan
bahasanya sendiri, mampu menulis minimal tiga aternatif penyelesaian dengan
hasil akhir yang benar, mampu memahami rumus phytagoras untuk mencari tinggi
segitiga, mengetahui sebagian besar rumus untuk mencari luas bangun datar,
mampu membentuk beberapa bentuk bangun datar dari korek api serta mampu
menghitung luasnya menggunakan rumus.
Siswa level deduksi informal mampu menuliskan dan menyebutkan informasi
yang tertera pada soal dengan benar, mampu menjelaskan soal dengan
menggunakan bahasanya sendiri, mampu menulis minimal tiga aternatif
penyelesaian dengan benar, mampu memahami rumus phytagoras untuk mencari
tinggi segitiga, mengetahui sebagian besar rumus untuk mencari luas bangun datar,
mampu menggambar berbagai bentuk bangun datar dari korek api serta dapat
menghitung luasnya menggunakan rumus.
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa siswa level analisis dan deduksi
informal mempunyai kemampuan berpikir kreatif dalam hal kelancaran, keluwesan,
dan perincian lebih baik dari siswa level visualisasi. Namun dalam aspek keaslian
terlihat bahwa siswa level analisis mempunyai kemampuan yang lebih baik dari
siswa level visualisasi dan deduksi informal, padahal seharusnya level deduksi
informal dapat menulis jawaban yang lebih beragam dan baru yang lebih baik dari
level visualisasi dan analisis. Hal tersebut dapat disebabkan karena pengalaman dan
konsentrasi siswa ketika mengerjakan soal geometri bangun datar berbeda-beda.
Selain itu juga muncul dugaan bahwa pada saat megerjakan tes van Hiele siswa
menjawab secara coba-coba atau suka-suka, sehingga pengelompokan level van
Hiele yang dihasilkan tidak akurat. Berdasarkan temuan tersebut sehinggga
rekomendasi pada penelitian ini adalah sebaiknya dibuat paket tes (Van Hiele
Geometry Test) VHGT yang baru yang disesuaikan dengan keadaan siswa ataupun
kurikulum yang ada di Indonesia. | en_US |