Show simple item record

dc.contributor.authorROZIKIN, Ribut Mursid
dc.date.accessioned2022-06-27T08:35:15Z
dc.date.available2022-06-27T08:35:15Z
dc.date.issued2021-09-29
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/107547
dc.description.abstractSetiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda-beda demikian pula dengan siswa. Littauer (2011) menggolongkan kepribadian menjadi empat tipe yaitu sanguinis, koleris, melankolis, dan phlegmatis. Perbedaan kepribadian ini berpengaruh pada proses berpikir kritis seorang siswa. Menurut Facione (2015) ada enam indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, dan self regulation. Proses berpikir kritis seorang siswa akan muncul apabila ia menghadapi soal yang menuntut ia berpikir kritis. Soal tersebut merupakan soal dengan tipe higher order thinking skills. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal tipe HOTS berdasarkan tipe-tipe kepribadian menurut Florence Littauer. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah 4 siswa kelas X SMA. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket tipe kepribadian, tes soal HOTS, dan pedoman wawancara. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, siswa cenderung melalui semua tahap proses berpikir kritis. Terdapat perbedaan antara masing-masing tipe kepribadian dalam proses berpikir tersebut. Adapun proses berpikir kritis siswa dengan tipe kepribadian sanguinis, koleris, melankolis, dan phlegmatis adalah sebagai berikut. Pada tahap interpretation siswa sanguinis mampu menjelaskan hal yang diketahui dan ditanyakan. Pada tahap analysis siswa sanguinis mampu menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan tetapi tidak mampu menuliskannya dengan baik. Pada tahap evaluation siswa sanguinis mampu menuliskan kesimpulan. Pada tahap inference siswa sanguinis siswa mampu menjelaskan kebenaran kesimpulannya berdasarkan proses pengerjaan yang sudah dilakukan. Pada tahap explanation siswa sanguinis mampu menjelaskan setiap proses yang dijelaskan meskipun ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan yang dikerjakan. Pada tahap self regulation siswa sanguinis dapat mengecek sendiri semua hasil pekerjaannya meskipun tidak mampu menjelaskan yang benar seperti apa karena siswa sanguinis kurang mengerti materinya. Pada tahap interpretation siswa melankolis mampu menjelaskan hal yang diketahui dan ditanyakan. Pada tahap analysis siswa melankolis mampu menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan dan mampu menuliskan langkah-langkah tersebut meskipun kurang jelas. Pada tahap evaluation siswa melankolis mampu menuliskan kesimpulan. Pada tahap inference siswa melankolis mampu menjelaskan kebenaran kesimpulannya berdasarkan proses pengerjaan yang sudah dilakukan. Pada tahap explanation siswa melankolis mampu menjelaskan setiap langkah-langkah yang dilakukan. Pada tahap self regulation siswa melankolis dapat mengecek sendiri semua hasil pekerjaannya meskipun tidak mampu menjelaskan cara lain yang bisa digunakan. Pada tahap interpretation siswa koleris mampu menjelaskan hal yang diketahui dan ditanyakan. Pada tahap analysis siswa koleris mampu menjelaskan langkah-langkah tepat yang harus dilakukan dan mampu menuliskan langkah langkah dengan jelas. Pada tahap evaluation siswa koleris mampu menuliskan kesimpulan. Pada tahap inference siswa koleris mampu menjelaskan kebenaran kesimpulannya berdasarkan proses pengerjaan yang sudah dilakukan. Pada tahap explanation siswa koleris mampu menjelaskan setiap langkah-langkah yang dilakukan dengan alasan yang logis. Pada tahap self regulation siswa koleris dapat mengecek sendiri semua hasil pekerjaannya meskipun tidak mampu menjelaskan cara lain yang bisa digunakan. Pada tahap interpretation siswa phlegmatis mampu menjelaskan hal yang diketahui dan ditanyakan. Pada tahap analysis siswa phlegmatis mampu menjelaskan langkah-langkah yang lebih mudah dilakukan dan mampu menuliskan langkah-langkah tersebut dengan jelas. Pada tahap evaluation siswa phlegmatis mampu menuliskan kesimpulan. Pada tahap inference siswa phlegmatis mampu menjelaskan kebenaran kesimpulannya berdasarkan proses pengerjaan yang sudah dilakukan. Pada tahap explanation siswa phlegmatis mampu menjelaskan setiap langkah-langkah yang dilakukan. Pada tahap self regulation siswa koleris dapat mengecek sendiri semua hasil pekerjaannya meskipun tidak mampu menjelaskan cara lain yang bisa digunakan.en_US
dc.description.sponsorshipDr. Susanto, M.Pd (Dosen Pembimbing) Randi Pratama M., S.Pd, M.Pd. (Dosen Pembimbing)en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikanen_US
dc.subjectTipe Higher Order Thinkingen_US
dc.titleAnalisis Proses Berpikir Kritis Siswa Sma Dalam Menyelesaikan Soal Tipe Higher Order Thinking Skills Hots Ditinjau dari Tipe Kepribadian Florence Littaueren_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record