Analisis Proses Berpikir Kritis Siswa Sma Dalam Menyelesaikan Soal Tipe Higher Order Thinking Skills Hots Ditinjau dari Tipe Kepribadian Florence Littauer
Abstract
Setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda-beda demikian pula
dengan siswa. Littauer (2011) menggolongkan kepribadian menjadi empat tipe
yaitu sanguinis, koleris, melankolis, dan phlegmatis. Perbedaan kepribadian ini
berpengaruh pada proses berpikir kritis seorang siswa. Menurut Facione (2015) ada
enam indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu interpretation, analysis,
evaluation, inference, explanation, dan self regulation. Proses berpikir kritis
seorang siswa akan muncul apabila ia menghadapi soal yang menuntut ia berpikir
kritis. Soal tersebut merupakan soal dengan tipe higher order thinking skills.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa dalam
menyelesaikan soal tipe HOTS berdasarkan tipe-tipe kepribadian menurut Florence
Littauer. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Subjek penelitian adalah 4 siswa kelas X SMA. Penelitian ini dilakukan
pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah angket tipe kepribadian, tes soal HOTS, dan pedoman wawancara.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, siswa cenderung melalui semua
tahap proses berpikir kritis. Terdapat perbedaan antara masing-masing tipe
kepribadian dalam proses berpikir tersebut. Adapun proses berpikir kritis siswa
dengan tipe kepribadian sanguinis, koleris, melankolis, dan phlegmatis adalah
sebagai berikut.
Pada tahap interpretation siswa sanguinis mampu menjelaskan hal yang
diketahui dan ditanyakan. Pada tahap analysis siswa sanguinis mampu menjelaskan
langkah-langkah yang harus dilakukan tetapi tidak mampu menuliskannya dengan
baik. Pada tahap evaluation siswa sanguinis mampu menuliskan kesimpulan. Pada
tahap inference siswa sanguinis siswa mampu menjelaskan kebenaran
kesimpulannya berdasarkan proses pengerjaan yang sudah dilakukan. Pada tahap
explanation siswa sanguinis mampu menjelaskan setiap proses yang dijelaskan
meskipun ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan yang dikerjakan. Pada tahap
self regulation siswa sanguinis dapat mengecek sendiri semua hasil pekerjaannya
meskipun tidak mampu menjelaskan yang benar seperti apa karena siswa sanguinis
kurang mengerti materinya.
Pada tahap interpretation siswa melankolis mampu menjelaskan hal yang
diketahui dan ditanyakan. Pada tahap analysis siswa melankolis mampu
menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan dan mampu menuliskan
langkah-langkah tersebut meskipun kurang jelas. Pada tahap evaluation siswa
melankolis mampu menuliskan kesimpulan. Pada tahap inference siswa melankolis
mampu menjelaskan kebenaran kesimpulannya berdasarkan proses pengerjaan
yang sudah dilakukan. Pada tahap explanation siswa melankolis mampu
menjelaskan setiap langkah-langkah yang dilakukan. Pada tahap self regulation
siswa melankolis dapat mengecek sendiri semua hasil pekerjaannya meskipun tidak
mampu menjelaskan cara lain yang bisa digunakan.
Pada tahap interpretation siswa koleris mampu menjelaskan hal yang
diketahui dan ditanyakan. Pada tahap analysis siswa koleris mampu menjelaskan
langkah-langkah tepat yang harus dilakukan dan mampu menuliskan langkah langkah dengan jelas. Pada tahap evaluation siswa koleris mampu menuliskan
kesimpulan. Pada tahap inference siswa koleris mampu menjelaskan kebenaran
kesimpulannya berdasarkan proses pengerjaan yang sudah dilakukan. Pada tahap
explanation siswa koleris mampu menjelaskan setiap langkah-langkah yang
dilakukan dengan alasan yang logis. Pada tahap self regulation siswa koleris dapat
mengecek sendiri semua hasil pekerjaannya meskipun tidak mampu menjelaskan
cara lain yang bisa digunakan.
Pada tahap interpretation siswa phlegmatis mampu menjelaskan hal yang
diketahui dan ditanyakan. Pada tahap analysis siswa phlegmatis mampu
menjelaskan langkah-langkah yang lebih mudah dilakukan dan mampu menuliskan
langkah-langkah tersebut dengan jelas. Pada tahap evaluation siswa phlegmatis
mampu menuliskan kesimpulan. Pada tahap inference siswa phlegmatis mampu
menjelaskan kebenaran kesimpulannya berdasarkan proses pengerjaan yang sudah
dilakukan. Pada tahap explanation siswa phlegmatis mampu menjelaskan setiap
langkah-langkah yang dilakukan. Pada tahap self regulation siswa koleris dapat
mengecek sendiri semua hasil pekerjaannya meskipun tidak mampu menjelaskan
cara lain yang bisa digunakan.