Optimasi Polivil Pirolidon dan Propilen glikol dalam Sediaan Fast Dissolving Buccal Film Granisetron Hidroklorida
Abstract
Berdasarkan data GLOBOCAN tahun 2018 disebutkan bahwa terdapat
18,1 juta kasus baru dengan angka 9,6 juta kematian akibat kanker. Kemoterapi
merupakan salah satu pengobatan kanker yang menimbulkan efek mual dan
muntah (Chemotherapy Induced Nausea Vomitting/ CINV). Salah satu terapi
farmakologis yang dapat menurunkan efek CINV adalah golongan antagonis
reseptor 5-HT3 (Spartinou dkk., 2017).
Granisetron HCl adalah salah satu obat antagonis reseptor 5-HT3 yang
diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan CINV. Konsentrasi puncak
plasma granisetron terjadi setelah 2 jam dengan nilai bioavailabilitas rendah yaitu
60% karena mengalami first-pass metabolism di hati (Sweetman., 2009), dan
termasuk kelas BCS III yang memiliki karakteristik permeabilitas yang rendah,
namun kelarutan tinggi.
Fast-dissolving buccal film merupakan salah satu sediaan berbentuk film
tipis berukuran 1-3 cm2
yang digunakan pada mukosa buccal. Penggunaan fastdissolving buccal film, memiliki keuntungan yaitu terhindar dari efek first pass
metabolism sehingga biovailabilitas obat meningkat dan absorpsi obat cepat
(Abruzzo dkk., 2012). Sebuah film dari sediaan fast-dissolving buccal film
menggunakan polimer hidrofilik dan plasticizer. Pada penelitian ini menggunakan
PVP sebagai polimer dan propilen glikol sebagai plasticizer. Penentuan formulasi
yang optimum, menggunakan metode desain faktorial dua level yaitu level tinggi
(+1) dan level rendah (-1) yang bertujuan untuk menentukan jumlah konsentrasi
PVP dan propilen glikol yang optimum serta menghasilkan karakterisasi seperti
waktu disintegrasi, disolusi in vitro, dan swelling index yang sesuai.
Hasil evaluasi pada F1, FA, FB, dan FAB sudah sesuai dengan persyaratan
dengan kategori film yang baik seperti organoleptis, keseragaman bobot,
keseragaman ketebalan, ketahanan lipat, pH permukaan, dan kadar. Hasil
pengujian waktu disintegrasi yaitu F1<FB<FA<FAB masing-masing 90,667detik; 102,333 detik; 118,000 detik; dan 152,333 detik dengan efek faktor positif
artinya semakin tinggi konsentrasi polimer maka semakin tinggi waktu
disintergrasi. Hasil disolusi secara berurutan yaitu F1>FB>FA>FAB masingmasing 87,17%; 86,37%; 86,30%; dan 85,08% dengan efek faktor negatif yaitu
semakin tinggi konsentrasi polimer dan plasticizer maka % pelepasan obat
semakin menurun. Hasil swelling index yaitu F1>FB> FA> FAB masing-masing
31,418; 29,638; 27,280; dan 25,418 dengan efek faktor negatif yaitu semakin
tinggi konsentrasi polimer dan plasticizer maka nilai swelling index menurun.
Hasil respon waktu disintegrasi, disolusi, dan swelling index dilakukan
analisis menggunakan software design expert 11 hingga mendapatkan formula
optimum yang terpilih yaitu F1. Formula optimum F1 selanjutnya dilakukan
verifikasi dan karakterisasi. Hasil verifikasi dibandingkan dengan prediksi respon
yang diperoleh dari desain faktorial menggunakan uji-t (One Sample T-test)
dengan nilai sig. >0,05 untuk respon waktu disintegrasi, disolusi, dan swelling index
sehingga data hasil verifikasi optimum tidak berbeda bermakna. Uji FTIR
mendapatkan hasil yaitu tidak adanya interaksi antara granisetron HCl murni
dengan film yang mengandung granisetron HCl.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]