Show simple item record

dc.contributor.authorNISA, Zahira Khairin
dc.date.accessioned2022-06-27T07:50:35Z
dc.date.available2022-06-27T07:50:35Z
dc.date.issued2021-07-05
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/107385
dc.description.abstractPenyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyakit tiga teratas penyebab kematian di dunia. Faktor utama penyebab PPOK yaitu kebiasaan merokok yang dapat memicu terjadinya inflamasi pada saluran pernapasan. Inflamasi yang terjadi menyebkan keluarnya agen inflamasi salah satunya neutrofil elastase yang juga dapat menyebabkan degradasi jaringan pada paruparu. Pengobatan inflamasi paru pada PPOK saat ini belum sepenuhnya optimal. Diketahui beberapa obat antiinflmasi yang digunakan salah satunya yaitu kortikosteroid inhalasi yang memiliki efek lain yaitu dapat menyebabkan katarak, diabetes, dan osteoporosis jika digunakan dalam waktu jangka panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan pengobatan yang dapat bekerja secara spesifik untuk menghambat neutrofil elastase dan memiliki sedikit efek samping. Pengobatan yang bekerja spesifik dan memiliki minimal efek samping yaitu protein rekombinan. Salah satu protein rekombinan yang dapat digunakan untuk terapi PPOK yaitu SLPI. SLPI merupakan protein nonglikosilasi yang memiliki fungsi sebagai antiinflamasi, antibakteri, dan antifungal. Fungsi utama SLPI adalah untuk menghambat peradangan dengan memblokir aktivitas proteolitik dari proteinase yang dilepaskan oleh leukosit dan juga menurunkan modulasi beberapa sitokin. Aktivitas anti-inflamasi juga dimediasi oleh penghambatan aktivasi faktor transkripsi NF-кB. SLPI diyakini bahwa dapat mengatur keseimbangan protease/antiprotease di tempat jaringan yang mengalami peradangan. Pada penelitian sebelumnya sudah dilakukan konstruksi plasmid rekombinan pET32b SLPI yang kemudian dilakukan subkloning pET32b SLPI TOP10 ke dalam E. coli BL21. Setelah dilakukan subkloning, dilakukan ekspresi SLPI pada Escherichia coli BL21 menggunakan plasmid pET32b dengan optimasi kondisi suhu dan konsentrasi IPTG. Variasi suhu yang digunakan yaitu 25℃, 30℃, 37℃, dan 40℃. Serta variasi IPTG yang ditambahkan yaitu 0 mM sebagai kontrol negatif, 0,1 mM, 0,5 mM, dan 1 mM. Kemudian dilakukan analisa menggunakan SDS PAGE dan ImageJ untuk melihat hasil ekspresi. Hasil SDS PAGE yang didapatkan, diukur luas areanya menggunakan ImageJ. Berdasarkan hasil penelitian, SLPI pET32b BL21 menghasilkan jumlah terbanyak yaitu pada suhu 30℃ dengan konsentrasi IPTG 0,5 mM yang ditandai besarnya area yang dihasilkan yaitu sekitar 13101,597. Sedangkan protein SLPI dalam bentuk terlarut paling optimal yaitu pada suhu 30℃ dengan konsentrasi IPTG 0,1 mM dengan persentase supernatan yang diperoleh yaitu 92,86%. Pada hasil ekspresi juga dilakukan pengukuran berat molekul menggunakan software OriginLab, hasilnya ukuran protein SLPI di SDS PAGE mendekati ukuran protein fusi SLPI. protein SLPI diduga memiliki aktivitas antiinflamasi sehingga untuk memastikan potensi aktivitas tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berupa uji aktivitas antiinflamasi secara in vivo.en_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing Utama : Dr. apt. Evi Umayah Ulfa, S.Si., M.Si. Dosen Pembimbing Anggota : Erlia Narulita, S.Pd., M.Si., Ph.D.en_US
dc.publisherFakultas Farmasien_US
dc.subjectSUBKLONINGen_US
dc.subjectSLPI REKOMBINANen_US
dc.subjectPLASMID PET32Ben_US
dc.subjectESCHERICHIA COLI BL21 (DE3)en_US
dc.titleSubkloning dan Ekspresi Slpi Rekombinan dalam Plasmid pet32B pada Escherichia Coli bl21 (de3)en_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record