Antibiogram Kasus Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember Tahun 2019
Abstract
Pneumonia merupakan suatu penyakit akibat infeksi saluran pernapasan
akut yang paling sering disebabkan oleh virus atau bakteri. Pneumonia dapat
menyebabkan gejala ringan hingga mengancam jiwa pada orang-orang dari segala
usia. Pneumonia menjadi penyebab kematian terbesar akibat penyakit menular di
seluruh dunia, yaitu sebesar 935.000 pada tahun 2014, 920.136 jiwa tahun 2015
dan 880.000 jiwa tahun 2016. Penyakit ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu Hospital Acquired Pneumonia (HAP) atau pneumonia terkait rumah sakit
(pneumonia nosokomial), Ventilator Associated Pneumonia (VAP) atau
pneumonia terkait ventilator dan Community Acquired Pneumonia (CAP) atau
pneumonia terkait komunitas.
Penyakit VAP merupakan salah satu jenis infeksi nosokomial yang paling
sering ditemui di ICU rumah sakit, akibat penggunaan ventilasi mekanis sehingga
tergolong dalam penyakit infeksi nosokomial dengan angka mortalitas yang
tinggi. Selama ini, pemberian antibiotik secara empiris digunakan sebagai
manajemen awal untuk terapi VAP sebelum dilakukan kultur terhadap pasien.
Pemberian antibiotik secara empiris yang tidak tepat dan berlebihan dapat
memperparah kondisi pasien serta menyebabkan terjadinya mutasi bakteri patogen
sehingga bersifat resisten terhadap antibiotik. Pemilihan antibiotik harus
didasarkan pada hasil pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas atau berdasarkan
peta kuman dan pola sensitivitas antibiotik dalam antibiogram di rumah sakit,
untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik. Sampai saat ini di RSD dr.
Soebandi masih belum memiliki antibiogram khusus untuk kasus VAP. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis bakteri yang teridentifikasi
dan mengetahui pola sensitivitas bakteri pada pasien kasus VAP di RSD dr.
Soebandi Kabupaten Jember Tahun 2019.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan data
sekunder yang didapat dari rekam medis pasien dengan kasus VAP di RSD dr.
Soebandi Kabupaten Jember Tahun 2019, meliputi: inisial, usia, jenis kelamin,
diagnosis, spesimen yang diuji, indikasi kultur, spesies bakteri yang teridentifikasi
dan hasil uji sensitivitas terhadap antibiotik. Populasi yang memenuhi kriteria
sampel penelitian, selanjutnya akan dilakukan pengambilan sampel dengan teknik
total sampling. Berdasarkan pengumpulan data hasil kultur pasien dengan kasus
VAP pada bulan Januari sampai dengan Desember 2019 di Laboratorium Patologi
Klinik RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember didapatkan sebanyak 37 pasien yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta telah menjalani pemeriksaan kultur
sputum dan uji sensitivitas antibiotik. Semua pasien ini kemudian dijadikan
sebagai sampel dalam penelitian. Dalam penelitian ini, dari 37 Data Rekam Medis
(DRM) pasien tersebut didapatkan sebanyak 39 isolat.
Pasien dari keseluruhan sampel yang berjenis kelamin laki-laki didapatkan
berjumlah 27 orang (73%) dan pasien dengan jenis kelamin perempuan sebanyak
10 orang (27%). Interval usia dengan angka kultur tertinggi berada pada interval
usia 45-65 tahun yakni sebanyak 11 pasien (30%). Keseluruhan bakteri yang
teridentifikasi terdapat 22 jenis bakteri yang berbeda, 29 di antaranya adalah
bakteri Gram negatif (74%), 10 sisanya merupakan bakteri Gram positif (26%).
Bakteri Gram negatif didominasi oleh bakteri Klebsiella pneumonia dan
Pseudomonas aeruginosa (13%), Acinetobacter baumanii (10%). Enterobacter
aerogenes dan Escherichia coli masing-masing ditemukan pada dua isolat.
Sementara Kleibsiella ornithinolytica, Klebsiella oxytoca, Enterobacter cloacae,
Enterobacter spp, Salmonella orizonae, Proteus mirabilis, Chryseomonas luteola,
Citrobacter freundii, Pseudomonas fluorescens, Pseudomonas oryzihabitans,
Burkholderia cepacia masing-masing hanya ditemukan pada satu isolat.
Antibiotik dengan tingkat sensitivitas tertinggi yang diujikan terhadap
bakteri-bakteri penyebab VAP, yang didapatkan dari penelitian ini antara lain:
Amikasin, piperasilin-tazobaktam dan sefaleksin. Antibiotik dengan tingkat
resistensi tertinggi yang diujikan terhadap bakteri-bakteri penyebab VAP antara
lain: Ampisilin, sefoksitin, sefotaksim, ampisilin-sulbaktam, tetrasiklin,
aztreonam, kloramfenikol, amoksisilin, seftazidim, tobramisin dan siprofloksasin.
Pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas antibiotik secara rutin dan berkala. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui dan memantau pola sensitivitas serta resistensi
bakteri terhadap suatu antibiotik di rumah sakit, sehingga rumah sakit memiliki
antibiogram yang tepat dan dapat dijadikan sebagai pedoman saat memberikan
terapi empiris kepada pasien.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]