Show simple item record

dc.contributor.authorAZZIZAH, Haniefatul
dc.date.accessioned2022-06-27T06:43:00Z
dc.date.available2022-06-27T06:43:00Z
dc.date.issued2022-05-25
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/107306
dc.description.abstractPandemi COVID-19 telah mewabah Indonesia selama kurang lebih satu setengah tahun. Jawa Timur menjadi provinsi dengan penambahan pasien COVID-19 tertinggi, dan salah satu daerah yang menyumbang angka tersebut adalah Jember. Varian Delta yang masuk Indonesia pada bulan Juni lalu memiliki tingkat penyebaran yang sangat cepat dan menyebabkan rumah sakit sempat penuh dengan pasien COVID-19. Beratnya beban tenaga kesehatan sebagai garda terdepan saat pandemi COVID-19 ini merisikokan tenaga kesehatan pada masalah kesehatan mental. Mereka berisiko terkena burnout syndrome dan depresi selama pandemi. Tak banyak penelitian di Indonesia yang membahas keterkaitan tentang burnout syndrome dan depresi terutama dalam konteks pandemi COVID-19, sehingga kemungkinan burnout syndrome dan depresi saling bertumpang tindih belum terpecahkan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan burnout syndrome dengan depresi pada tenaga kesehatan pada masa pandemi COVID-19 di RSD Dr. Soebandi Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan pendekatan cross-sectional, yang dilakukan di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember pada bulan Agustus - November 2021. Responden penelitian adalah dokter atau perawat yang bekerja di RSD dr. Soebandi. Data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI) untuk menilai burnout syndrome dan Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) untuk menilai depresi. Data yang diperoleh akan diuji menggunakan uji regresi logistik biner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi burnout syndrome pada tenaga kesehatan di RSD Dr Soebandi sebesar 81,18% untuk burnout derajat rendah, 16,47% untuk burnout derajat sedang, dan 2,35% untuk burnout derajat cukup. Sebanyak 20% tenaga kesehatan mengalami depresi, sedangkan 80% lainnya tidak mengalami depresi. Terdapat hubungan signifikan antara burnout syndrome dengan kejadian depresi pada tenaga kesehatan di RSD Dr Soebandi. (p = 0,000). Kelelahan emosional dan depersonalisasi merupakan dimensi burnout yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian depresi (p= 0,004 dan p= 0,045), sedangkan penurunan capaian diri tidak berhubungan signifikan. Penelitian ini turut memberikan bukti bahwa burnout syndrome dan depresi adalah dua hal yang saling terkait namun dapat dibedakan. Dua hal tersebut dapat berkembang bersama dalam situasi stres pekerjaan dan stres psikologis yang tinggi, sehingga screening kesehatan mental pada tenaga kesehatan pasca pandemi perlu dilakukan beserta pemberian terapi yang sesuai agar tidak berkembang menjadi lebih berat.en_US
dc.description.sponsorshipdr Ancah Caesarina Novi M, Ph. D dr Inke Kusumastuti, M. Biomed., Sp. KJen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Kedokteranen_US
dc.subjectBurnout syndromeen_US
dc.subjectDepresien_US
dc.subjectTenaga kesehatanen_US
dc.subjectPandemien_US
dc.titleHubungan Burnout Syndrome dengan Depresi Tenaga Kesehatan Pasca Masa Pandemi COVID-19 di RSD Dr Soebandi Kabupaten Jemberen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record