dc.description.abstract | Pandemi COVID-19 telah mewabah Indonesia selama kurang lebih satu
setengah tahun. Jawa Timur menjadi provinsi dengan penambahan pasien COVID-19
tertinggi, dan salah satu daerah yang menyumbang angka tersebut adalah Jember.
Varian Delta yang masuk Indonesia pada bulan Juni lalu memiliki tingkat penyebaran
yang sangat cepat dan menyebabkan rumah sakit sempat penuh dengan pasien
COVID-19. Beratnya beban tenaga kesehatan sebagai garda terdepan saat pandemi
COVID-19 ini merisikokan tenaga kesehatan pada masalah kesehatan mental. Mereka
berisiko terkena burnout syndrome dan depresi selama pandemi. Tak banyak
penelitian di Indonesia yang membahas keterkaitan tentang burnout syndrome dan
depresi terutama dalam konteks pandemi COVID-19, sehingga kemungkinan burnout
syndrome dan depresi saling bertumpang tindih belum terpecahkan. Penelitian
dilakukan untuk mengetahui hubungan burnout syndrome dengan depresi pada tenaga
kesehatan pada masa pandemi COVID-19 di RSD Dr. Soebandi Kabupaten Jember.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan
pendekatan cross-sectional, yang dilakukan di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi
Jember pada bulan Agustus - November 2021. Responden penelitian adalah dokter
atau perawat yang bekerja di RSD dr. Soebandi. Data diperoleh dari hasil pengisian
kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI) untuk menilai burnout syndrome dan
Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) untuk menilai depresi. Data yang diperoleh
akan diuji menggunakan uji regresi logistik biner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi burnout syndrome pada
tenaga kesehatan di RSD Dr Soebandi sebesar 81,18% untuk burnout derajat rendah,
16,47% untuk burnout derajat sedang, dan 2,35% untuk burnout derajat cukup.
Sebanyak 20% tenaga kesehatan mengalami depresi, sedangkan 80% lainnya tidak
mengalami depresi. Terdapat hubungan signifikan antara burnout syndrome dengan
kejadian depresi pada tenaga kesehatan di RSD Dr Soebandi. (p = 0,000). Kelelahan
emosional dan depersonalisasi merupakan dimensi burnout yang memiliki hubungan
signifikan dengan kejadian depresi (p= 0,004 dan p= 0,045), sedangkan penurunan
capaian diri tidak berhubungan signifikan. Penelitian ini turut memberikan bukti
bahwa burnout syndrome dan depresi adalah dua hal yang saling terkait namun dapat
dibedakan. Dua hal tersebut dapat berkembang bersama dalam situasi stres pekerjaan
dan stres psikologis yang tinggi, sehingga screening kesehatan mental pada tenaga
kesehatan pasca pandemi perlu dilakukan beserta pemberian terapi yang sesuai agar
tidak berkembang menjadi lebih berat. | en_US |