Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Burnout Syndrome Pasca Puncak Pandemi COVID-19 Gelombang Kedua pada Tenaga Kesehatan di RSD dr. Soebandi Jember
Abstract
Tenaga kesehatan memiliki peran kunci dalam penanganan pandemi
COVID-19 ini, dan tidak tergantikan menjadi garda terdepan untuk menghadapi
kasus ini. Tenaga kesehatan selalu merasa khawatir tentang diri sendiri dan
kesehatan keluarganya, juga mengalami kecemasan, depresi, dan kelelahan fisik,
karena beban kerja dan stres yang meningkat selama menangani kasus COVID-19.
Bekerja di lingkungan yang penuh tekanan dapat mempengaruhi stabilitas
emosional para tenaga kesehatan dan bisa memicu burnout syndrome. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi seseorang bisa mengalami burnout syndrome
adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
dimensi burnout syndrome yaitu dimensi kelelahan emosional, dimana dokter
dengan aktivitas fisik keseharian yang teratur lebih sedikit menderita burnout
syndrome dibanding dengan yang tidak teratur
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
aktivitas fisik yang terdiri dari tiga komponen yaitu aktivitas bekerja, aktivitas
transportasi, dan aktivitas rekreasi dengan kejadian burnout syndrome pada tenaga
kesehatan di RSD dr. Soebandi Jember. Jenis penelitian ini adalah observasional
dengan desain penelitian cross-sectional. Sampel pada penelitian ini adalah dokter
dan perawat yang bekerja di RSD dr. Soebandi, dengan instrumen penelitian berupa
kuesioner. Selanjutnya data yang diperoleh akan dianalisis untuk melihat ada
tidaknya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian burnout syndrome pada
tenaga kesehatan. Penelitian dilakukan pada bulan November sampai bulan
Desember 2021.
Penelitian ini mendapatkan hasil dari 84 sampel bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara aktivitas bekerja dengan kejadian burnout syndrome pada
tenaga kesehatan di RSD dr. Soebandi Jember. Dua variabel dikatakan memiliki
hubungan apabila p-value < 0,05. Besar pengaruh aktivitas fisik secara simultan
terhadap burnout syndrome pada penelitian ini adalah sebesar 32%.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]