Zonasi Hujan dan Pola Tanam di Kabupaten Jember
Abstract
Iklim merupakan bagian dari ilmu klimatologi yang menggambarkan suatu
kondisi cuaca yang terjadi dalam jangka waktu panjang di suatu lokasi. Kondisi
iklim sangat bervariasi pada masing-masing tempat yang diakibatkan dari kondisi
permukaan bumi yang tidak rata. Jumlah hujan, intensitas, durasi, frekuensi, dan
distribusi curah hujan terhadap ruang dan waktu sangat bervariasi. Perbedaan dan
variasi curah hujan yang terjadi akan mengakibatkan tidak meratanya distribusi
hujan pada setiap wilayah.
Metode kluster dibutuhkan untuk mengelompokkan daerah atau wilayah
mana saja yang memiliki curah hujan, hari hujan, dan intensitas hujan yang sama.
Data yang digunakan adalah data hujan dari tahun 1980-2019 dari stasiun penakar
hujan yang ada di Kabupaten Jember. Metode kluster yang digunakan yaitu
metode AHC dengan menggunakan jarak euclidean. Analisis kluster akan
digunakan untuk melihat kebutuhan air tanaman di setiap wilayah Kabupaten
Jember yang selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam penentuan pola tanam.
Berdasarkan hasil klustering hujan di Kabupaten Jember menggunakan
metode AHC, diperoleh hasil bahwa Kabupaten Jember memiliki 4 kluster hujan.
Pengelompokan tersebut berdasarkan hasil perhitungan rata-rata HH tahunan,
HH-MK1, HH-MK2, IH tahunan, IH-MK1, dan IH-MK2 pada masing-masing
stasiun penakar hujan selama tahun 1980-2019. Kluster 1 terdiri dari 18 stasiun,
kluster 2 terdiri dari 42 stasiun, kluster 3 terdiri dari 35 stasiun, dan kluster 4
terdiri dari 8 stasiun.
Hasil interpolasi IDW curah hujan dan intensitas hujan tahunan, musim
hujan, musim kemarau 1, dan musim kemarau 2 menunjukkan distribusi hujan
yang berbeda-beda pada setiap wilayah di Kabupaten. Hasil interpolasi curah
hujan dan intensitas hujan pada musim hujan menunjukkan distribusi dengan
besar hujan yang masih cukup tinggi, namun memasuki musim kemarau 1 dan 2 distribusi hujan semakin menurun. Hasil interpolasi dapat digunakan untuk
melihat kebutuhan air yang tersedia selama 3 musim yang akan membantu dalam
proses penentuan pola tanam.
Proses penentuan pola tanam dilakukan melalui perhitungan kebutuhan air
tanaman yang dihitung menggunakan besarnya evapotranspirasi yang dikeluarkan
oleh tanaman. Metode yang digunakan dalam perhitungan ETo adalah metode
blaney criddle. Hasil perhitungan ETo terbesar terdapat pada bulan April sebesar
133,24 mm dan nilai ETo terkecil terdapat pada bulan Desember sebesar 81,37
mm.
Skenario pola tanam yang diperoleh dari hasil perkalian nilai ETo dan ETc
pada masing-masing tanaman padi, jagung dan kedelai maka diperoleh hasil
skenario pola padi-padi-padi, padi-padi-jagung, padi-padi kedelai, padi-jagungkedelai,
dan padi-jagung-bero. Hasil peta kluster pola tanam menunjukkan bahwa
kluster 1 terdapat 2 jenis pola tanam yaitu padi-padi-kedelai dan padi-padi-jagung.
Kluster 2 terdiri dari 5 jenis pola tanam yaitu padi-jagung-kedelai, padi-jagungjagung,
padi-padi-kedelai, padi-jagung-bero, dan padi-padi-jagung. Kluster 4
terdiri dari 3 jenis pola tanam yaitu padi-padi-jagung, padi-padi-kedelai, dan padipadi-
padi.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kabupaten Jember
memiliki 5 skenario pola tanam berdasarkan kebutuhan airnya. Pola tanam yang
paling dominan di Kabupaten Jember adalah padi-padi-jagung yang tersebar di
533 desa berdasarkan hasil overlay antara stasiun penakar, kecamatan, desa, dan
kluster hujan. Kluster yang dihasilkan menggunakan metode AHC terdapat 4
kluster yang memiliki persebaran pola tanam berbeda-beda.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4325]