Pengaruh PH dan Sukrosa Terhadap Pertumbuhan Sel Embriogenik Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) melalui Kultur Cair
Abstract
Perbanyakan tanaman tebu dapat menggunakan kultur jaringan melalui somatik embriogenesis atau organogenesis. Kultur jaringan adalah metode mengisolasi bagian tanaman dan memelihara sel atau potongan jaringan tanaman yang ditumbuhkan pada media buatan yang sesuai serta dalam kondisi aseptik. Kultur jaringan dapat dikembangkan di media cair yang disebut dengan kultur cair yang dapat digunakan untuk perkembangan kalus embriogenik yang mampu untuk berproliferasi dan memperbanyak diri sehingga dapat menghasilkan senyawa bioaktif sekunder Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pH dan konsentrasi sukrosa yang sesuai pada hasil kultur cair sel embriogenik dan juga regenerasi yang dihasilkan. Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium CDAST (Center for Development of Advanced Sciences and Technology), Universitas Jember dari bulan April 2020 sampai Mei 2021. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan perlakuan pH dan sukrosa yaitu pH 5,5 + sukrosa 3%, pH 5,5 + sukrosa 4%, pH 5,5 + sukrosa 5%, pH 6,0 + sukrosa 3%, pH 6,0 + sukrosa 4%, pH 6,0 + sukrosa 5%, pH 6,5 + sukrosa 3%, pH 6,5 + sukrosa 4%, pH 6,5 + sukrosa 5%. Terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisa deskriptif dan kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis varian atau uji ANOVA, apabila terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan maka dilakukan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf kepercayaan 95%. Percobaan dimulai degan proses induksi menggunakan pucukan daun tebu yang menggulung (spindle leaf) selama 6 minggu dan diinkubasi di tempat gelap. Tahap berikutnya adalah proliferasi menggunakan media padat selama 6 minggu dan diinkubasi di tempat gelap. Selanjutnya, kalus dipindahkan ke dalam media proliferasi cair selama 3 minggu, diinkubasi dalam kondisi gelap dan digojog menggunakan shaker dengan kecepatan 100 rpm. Kalus yang telah digojog dan diseleksi kemudian dipindahkan ke media regenerasi padat. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan A3B1 (pH 6,5 + sukrosa 3%) merupakan perlakuan terbaik karena kalus yang dihasilkan berwarna putih dan warna kalus yang tidak mudah mengalami pencoklatan.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]