dc.description.abstract | Industri gula di Indonesia pada umumnya hanya berkonsentrasi pada produk utama
yaitu gula, sedangkan produk pendamping (by product) yang berupa ampas, tetes serta
pengembangan produk pendamping belum ditangani secara optimal. Masih belum
terintegrasinya penanganan produk utama dan pendamping, serta masih relatif kecilnya peran
industry gula dalam pengembangan dan atau diversifikasi produk dari produk pendamping
tersebut menyebabkan nilai tambah yang tinggi, tidak diperoleh dari produk pendamping.
Penanganan kedua hal tersebut (main product dan by product) secara terpadu dan terintegrasi
dalam satu sistem produksi akan memperkuat daya saing industry gula nasional. Dengan
dilakukan perhitungan nilai tambah pada masing-masing produk derivate, diharapkan
diketahui produk derivate apa yang potensial memberikan keuntungan lebih bagi keuntungan
Pabrik Gula (PG). Jika PDT yang dihasilkan memberikan nilai ekonomis/nilai tambah yang
besar, bukan saja keuntungan PG yang bertambah,tapi juga keuntungan petani yang
mempunyai lahan karena ikut andil dalam menyumbangkan tebunya, begitu pula pekerjapekerja yang terlibat didalamnya karena untuk menghasilkan PDT diperlukan campur tangan
pekerja-pekerja untuk proses lebih lanjut. Jika pekerja yang terlibat lebih banyak, maka
pendapatan yang diperoleh pekerja juga maningkat dan pada gilirannya akan meningkatkan
dampak pada perekonomian wilayah di sekitar PG berada. Di sisi lain penerapan teknologi
melalui peta yang ada dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografi (SIG) juga
memudahkan stakeholder untuk mengambil keputusan dan kebijakan yang terkait dengan
pengembangan PDT. Dengan diimlementasikannya SIG, diharapkan PDT semakin meningkat,
sehingga Indonesia akan lebih siap menghadapi persaingan utamanya dalam hal perdagangan
tebu dan produk turunaannya di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015 yang
akan datang. | en_US |