dc.description.abstract | Studi tentang adat dan komunitas yang terintegrasi kedalamnya, menjadi persoalan mendesak untuk
diperhatian, hal ini didasari oleh isu yang muncul dan berkembangnya ruang-ruang sosial pasca orde baru, yang
memberikan kesempatan dan akses pada komunitas adat untuk berkontestasi pada ruang kebangsaan. Dengan
kerangka berfikir pada artikulasi atas autentisitas adat, subjek yang mengatasnamakan adat membentuk ruang
reproduksi sosial dengan menitik beratkan pada pembentukan akses ekonomi-politik untuk memperluas
jangkauan legitimasi kultural pada posisi sosialnya. Pada titik tertentu isu akses ekonomi-politik menghadirkan
posisi elite yang berkembang seiring dengan penciptaan kesadaran kelas pada komunitas adat. Apa yang secara
diskursif, kemudian menjadi persoalan ialah: bagaimana restrukturisasi adat yang berkonsekuensi pada
pembentukan formasi sosial baru?; bagaimana persoalan formasi kelas pada subjek adat terbentuk?; bagaimana
subjek adat yang mendasarkan diri pada re-tradisionalisme adat mampu berhadapan pada kekuatan diluar
dirinya? Dengan menarasikan komunitas Using, artikel ini dimaksudkan untuk menampilkan adat Using dalam
pembacaan elite lokal yang dalam konteks penelitian ini merujuk pada aparatus birokratis pemerintah
kabupaten Banyuwangi dan elite adat, yang secara spesifik menempatkan adat Using sebagai bagian dari
agenda kepariwisataan nasional. | en_US |