Lost To Follow Up Antiretroviral Therapy in People With HIV/AIDS at Lumajang
Abstract
Lost to follow-up pada pasien HIV/AIDS menyebabkan berhentinya terapi dan meningkatkan risiko kematian. Lost to follow-up dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti dukungan keluarga dan efek samping obat serta terdapat alasan-alasan lain yang menyebabkan lost to follow-up pada pasien HIV/AIDS.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan lost to follow-up pada pasien HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan berupa catatan medik dan wawancara. Data yang terkumpul kemudian dilakukan analisis diskriptif.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian sebesar 56,2% penderita HIV berjenis kelamin laki-laki dengan 72% rentang usia 25-49 tahun dan 76% menjalani terapi antiretroviral. Pasien yang menyatakan berhenti terapi memiliki alasan untuk tidak berobat lagi diantaranya adalah persepsi pasien yang kurang, efek samping obat, keterjangkauan klinik VCT, dan dukungan sosial yang kurang.
Kesimpulan: Prevalensi lost to follow-up pada pasien HIV/AIDS di RSUD Dr. Haryoto Lumajang sebesar 51,79%. Faktor yang mempengaruhi lost to follow-up yakni usia, lama terapi, regimen ARV, tingkat pengetahuan, persepsi pasien, dukungan sosial dan tingkat kepatuhan.
Collections
- LSP-Jurnal Ilmiah Dosen [7300]