Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Inquiry Based Learning Dan Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir Pembuktian Secara Matematis Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Masalah Dominating Metric Dimention Number
Abstract
Pembelajaran matematika mempunyai tujuan tentang kemampuan yang
harus dimiliki oleh peserta didiknya. Kemampuan tersebut lebih dikenal dengan
kemampuan matematis. Kemampuan matematis adalah kemampuan untuk
menghadapi permasalahan, baik dalam matematika maupun kehidupan nyata.
Kemampuan matematis terdiri dari : Penalaran matematis, komunikasi matematis,
pemecahan masalah matematis, pemahaman konsep, dan pemahaman matematis.
Kemampuan matematis sangat diperlukan guna meningkatkan berpikir mahasiswa
lebih berkembang. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan
keterampilan berpikir pembuktian secara matematis adalah inquiry based
learning. Salah satu manfaat dari model pembelajaran tersebut adalah membantu
dan mengembangkan konsep pada peserta didik sehingga dapat mengerti konsep
dasar dan ide-ide yang lebih baik. Metode penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah metode yang menggabungkan antara metode kualitatif dan
metode kuantitatif atau bisa disebut metode campuran. Penelitian ini akan
melibatkan 61 mahasiswa yang terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol yang terdiri dari 28 mahasiswa dari kelas kontrol dan 33
mahasiswa dari kelas eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh persentase dari kelas kontrol
sebagai berikut 31% berada pada kategori very active, 29% berada pada kategori
active, 24% berada pada kategori less active dan 16% berada pada kategori
inactive. Sedangkan hasil analisis per level pada kelas eksperimen yaitu 43% dari
level 1 (very active) yang terbagi menjadi 3 indikator yaitu entry phase, attack
phase, dan review phase. Level 2 (active) yaitu 32% yang terbagi menjadi 3
indikator yaitu entry phase, attack phase, dan review phase. Level 3 ( less active)
ix
yaitu 20% yang terbagi menjadi 3 indikator yaitu entry phase, attack phase, dan
review phase. Level 4 (inactive) yaitu 5% yang terbagi menjadi 3 indikator yaitu
entry phase, attack phase, dan review phase. Hasil analisis uji t menunjukkan
bahwa hasil belajar mahasiswa pada tahap pre-tes memiliki varians yang sama
yaitu sebesar 0,001 dimana nilai t hitung < t tabel dan P value lebih dari 0,05
maka Ho diterima artinya tidak ada perbedaan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Sedangkan pada tahapan post test antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen ada perbedaan yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
rata-rata dan standar deviasi yang dihasilkan pada post tes menunjukkan bahwa
nilai post tes dikelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Kelas
eksperimen dengan rata-rata 90,71 dan standar deviasi sebesar 2,65 dan kelas
kontrol dengan rata-rata 86,84 dan standar deviasi sebesar 4,40 dengan nilai
sig.(2-tailed) 0.000 < 0.05. Berdasar hasil persentase dari setiap level pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase
nilai yang tinggi pada kelas eksperimen. Kelas eksperimen memiliki peningkatan
persentase nilai dari pre tes ke pos tes lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Dapat
disimpulkan bahwa hasil post tes antara kelas kontrol dan kelas eksperimen ada
perbedaan yang signifikan setelah diterapkan inquiry based learning di dalam
pembelajarannya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jika dibandingkan dengan model lain, inquiry
based learning dalam penelitian ini memperoleh rata-rata nilai yang lebih tinggi
dibanding model konvensional yang diterapkan di kelas kontrol.