Perbandingan Life Cycle Cost Struktur Perkerasan Kaku Dan Lentur (Studi Kasus: Jalan Lintas Selatan Jarit-Puger Sta 25+500 – Sta 40+40
Abstract
Pada Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang
sampai dengan pesisir Pantai Puger, Kabupaten Jember akan direncanakan
pembangunan Jalan Lintas Selatan. Jalan ini akan dibangun dari STA 25+500
sampai dengan STA 40+400 dengan nilai CBR pada tanah dasar 22,7%.
Perbedaan penggunaan jenis perkerasan akan menghasilkan nilai life cycle cost
yang berbeda pula, nilai life cycle cost yang minimum merupakan satu diantara
kriteria yang harus dipenuhi dalam merencanakan perkerasan jalan. Menghitung
nilai life cycle cost setiap jenis perkerasan diharapkan akan mendapatkan desain
perkerasan yang paling efisien.
Dalam merencanakan tebal struktur perkerasan dibutuhkan data sekunder
berupa nilai California Bearing Ratio (CBR) dan lalu lintas harian rata-rata. Datadata
tersebut kemudian diolah sesuai dengan pedoman Manual Desain Perkerasan
Jalan 2017. Langkah selanjutnya menghitung rancangan anggaran biaya dengan
analisis harga satuan pekerjaan (AHSP) Provinsi Jawa Timur, sehingga akan
didapatkan biaya konstruksi tiap perkerasan. Kemudian, dihitung pula nilai life
cycle cost dengan menambahkan biaya konstruksi dan biaya pemeliharaan.
Selanjutnya dibutuhkan nilai tingkat inflasi dan nilai suku bunga untuk
menghitung nilai discounted life cycle cost.
Berlandaskan hasil analisis didapatkan perkerasan lentur terdiri atas lapis
pondasi agregat kelas A 150 mm, AC Base 210 mm, AC BC 60 mm dan AC WC
40 mm, sedangkan struktur perkerasan kaku terdiri dari lapisan drainase 150 mm,
LMC 100 mm, dan pelat beton 295 mm dengan tie bars diameter 16 mm dan
panjang 450 mm serta dowel diameter 16 mm dan panjang 700 mm. Nilai
discounted life cycle cost perkerasan lentur sebesar Rp169.252.027.720 dan
perkerasan kaku sebesar Rp81.880.372.744. Dapat disimpulkan perkerasan lentur
membutuhkan biaya lebih banyak daripada perkerasan kaku.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]