Analisis Risiko Supply Chain Pada PT. Manunggal Agro Sentosa Menggunakan Metode Fuzzy Failure Mode Effect and Analysis (FMEA
Abstract
Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki pekerjaan di bidang pertanian, Berdasarkan Data Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Februari 2019 yang diterbitkan BPS, sekitar 29,46 persen penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian sebagai pekerjaan utama. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Indonesia, disusul dengan sektor perdagangan 18,92 persen lalu sektor industri 14,09 persen (Ketenagakerjaan, 2019). Kondisi ini mengakibatkan peranan dalam sektor pertanian menjadi andalan utama mata pencaharian penduduk Indonesia.
Pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama di Indonesia perlu ditingkatkan produksinya menuju swasembeda pangan, namun terdapat salah satu masalah yang sering meresahkan hati para petani yaitu hama dan penyakit yang menyerang tanaman yang dibudidayakan (Anasfisia, 2015). Penggunaan pupuk dan obat – obat pertanian sangat diperlukan untuk meningkatkan kesuburan tanaman, hasil pertanian yang baik dan meningkatkan produktifitas pertanian secara signifikan. PT. Manunggal Agro Sentosa sebagai perusahaan distributor pupuk dan obat – obat pertanian harus mampu mendistribusikan pupuk sehingga sampai ke konsumen tepat waktu dan sesuai jumlah yang dibutuhkan. Manajemen risiko rantai pasok yang efektif telah menjadi suatu kebutuhan bagi perusahaan saat ini. Manajemen risiko rantai pasok pada penelitian ini menggunakan metode Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). FMEA digunakan untuk memeriksa risiko potensial suatu produk atau proses, mengevaluasi prioritas risiko, dan membantu menentukan tindakan yang sesuai
x
untuk meminimalkan terjadinya risiko. Dan juga mampu melihat risiko dari tiga perspektif yaitu kejadian, frekuensi dan dampak.
Metode Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan output berupa peringkat risiko yang diprioritaskan penanganannya. Berdasarkan hasil analisis risiko dari penelitian ini, diperoleh 6 item risiko yang diprioritaskan untuk dilakukan upaya mitigasi, yaitu risiko kebocoran produk, perbedaan laporan stok produk di gudang, kesalahan input data, produk yang diperkirakan banyak permintaan, ternyata tidak sesuai prediksi (bullwhip effect), kerusakan atau hilangnya bukti transaksi dan tidak terpenuhinya target penjualan