Show simple item record

dc.contributor.advisorSAPUTRA, Heru Setya Puji
dc.contributor.advisorMASLIKATIN, Titik
dc.contributor.authorSISWARA, Ajeng Yuditya
dc.date.accessioned2020-12-14T03:36:03Z
dc.date.available2020-12-14T03:36:03Z
dc.date.issued2020-04
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/102578
dc.description.abstractKehadiran film yang diadaptasi dari novel kini semakin marak beredar di dunia hiburan. Kebanyakan novel yang diadaptasi menjadi sebuah film adalah novel yang mendapat antusias masyarakat, dan novel tersebut telah dicetak ulang. Novel Dwitasari yang berjudul Raksasa dari Jogja adalah novel yang telah difilmkan dengan judul yang sama. Film hasil adaptasi novel Raksasa dari Jogja disutradarai oleh Monty Tiwa. Raksasa dari Jogja menyuguhkan sebuah cerita tentang remaja bernama Bian yang sempat mengalami kekecewaan dalam hidupnya akibat perlakuan KDRT yang dilakukan ayahnya dan kekecewaan terhadap sahabat dan lelaki yang dicintainya. Bian melakukan berbagai hal untuk bangkit dari keterpurukannya, sehingga mampu memulai hidup baru yang lebih baik. Novel dan film tersebut memvisualkan pula realita tentang kearifan lokal yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian dan pariwisata sebagai bentuk kearifan lokal disuguhkan dalam novel dan film tersebut. Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada novel dan film tersebut, peneliti menggunakan kajian ekranisasi untuk menganalisis novel dan film Raksasa dari Jogja. Analisis yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan keterjalinan antarunsur, serta representasi kearifan lokal Yogyakarta pada novel dan film Raksasa dari Jogja berdasarkan kajian ekranisasi. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Langkah-langkah metode penelitian kualitatif yang dilakukan yaitu: (1) memperoleh data dengan cara membaca dan memahami novel, mencatat data-data yang didapat dari sumber novel Raksasa dari Jogja karya Dwitasari, untuk mengetahui permasalahan yang dikaji yaitu mengenai tokoh, alur, dan latar; (2) memperoleh data dengan cara menonton, memahami film, dan mencatat data-data viii yang didapat dari sumber film Raksasa dari Jogja karya sutradara Monty Tiwa, untuk mengetahui permasalahan perbedaan yang dikaji yaitu mengenai tokoh, alur, dan latar; (3) mengolah data dengan mengklasifikasikan data-data yang terkait pada unsur-unsur struktural yang meliputi tema, penokohan, latar, dan konflik. Representasi yang meliputi objek wisata, pertunjukan adat tradisional, dan kesederhanaan warga Yogyakarta. Ekranisasi yang meliputi, perubahan, penambahan, penciutan, dan perubahan bervariasi. (4); menganalisis dengan menggunakan pendekatan struktural yang meliputi tema, penokohan, latar, dan konflik. Representasi yang meliputi objek wisata, pertunjukan adat tradisional, dan kesederhanaan warga Yogyakarta. Ekranisasi yang meliputi perubahan, penambahan, penciutan, dan perubahan bervariasi. Peneliti menggali informasi mengenai biografi pengarang dan latar belakang pengarang. Ketertarikan novel sehingga dilirik oleh pembuat film dan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengetahui hal-hal yang memungkinkan terjadinya proses kreatif pengarang dalam menciptakan novel Raksasa dari Jogja. Pencarian berbagai informasi tersebut berdasarkan pada permasalahan-permasalahan yang terdapat pada novel. Informasi tersebut berfungsi untuk menunjang analisis peneliti di ekranisasi. Pendekatan struktural berfungsi untuk mengetahui secara murni novel Raksasa dari Jogja melalui keterkaitan setiap unsur-unsurnya. Tema dibagi menjadi dua, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor dalam novel tersebut yaitu perjuangan seorang wanita untuk bangkit dari keterpurukannya. Tema minor terdiri atas tujuh hal yaitu: (1) ketabahan hati seorang ibu dalam menjalani hidup; (2) keegoisan mampu menghancurkan kepercayaan; (3) kemandirian seorang wanita untuk mendapatkan kesuksesan; (4) menjunjung tinggi kearifan lokal sebagai upaya mempertahankan identitas daerah; (5) kepedulian terhadap sesama manusia untuk menolong nasib hidupnya; (6) ketulusan dalam menjalin persahabatan; (7) kebesaran hati untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf. Tema tersebut menggambarkan garis besar perwatakan tokoh utama dan setiap tokoh bawahannya. Tokoh utama ix dalam novel tersebut yaitu Bianca. Tokoh bawahan yang berpengaruh dan paling banyak berinteraksi dengan tokoh utama yaitu, Gabriel, mama, papa, Kevin, Bude Sumiyati, Letisha, dan Vanessa. Latar tempat di Jakarta, Yogyakarta, dan lingkungan sekitarnya. Latar waktu terjadi pada era modern. Latar sosial mengarah pada kondisi sosial masyarakat Jakarta, kondisi sosial masyarakat Yogyakarta, kehidupan sosial yang menyimpang, dan kehidupan sosial masyarakat perkotaan. Tahapan alur dibagi menjadi tahap penyituasian yaitu digambarkan dengan pengenalan tokoh Bianca,tahap pemunculan konflik ketika pertengkaran kedua orang tua Bian terjadi, tahap peningkatan konflik ketika perlakuan kasar papa yang semakin membuat Bian sakit hati, tahap klimaks ketika kabar buruk yang melukai hati Bian terjadi lagi setelah dia mulai mendapatkan kebahagiaannya, dan tahap penyelesaian ketika segala masalah Bian mendapat jalan keluar. Konflik yang terjadi di antaranya konflik antara manusia dan manusia yang dominan terjadi antara papa, mama, dan Bian. Konflik antara manusia dan masyarakat terjadi pada Bian dan para penumpang bus trans Jogja. Konflik antara manusia dan alam sekitar terjadi antara masyarakat Jogja dan Gunung Merapi. Konflik antara suatu ide dan lain terjadi ketika Bian gelisah mendengar berita yang mengacaukan perasaannya. Konflik antara seseorang dan kata hatinya terjadi pada Bian. Teori ekranisasi digunakan untuk mengetahui mekanisme sebuah novel dapat diadaptasi menjadi bentuk film. Teori ekranisasi digunakan untuk memahami proses perubahan bentuk novel yang alat utamanya kata-kata, diubah menjadi bentuk film yang alat utamanya adalah gambar-gambar yang bergerak berkelanjutan. Terjadi pula proses penciutan, penambahan, dan perubahan bervariasi pada alur, latar, dan tokoh. Melalui ekranisasi kita dapat mengetahui terjadinya perubahan-perubahan tersebut dan mengapa perubahan tersebut dapat terjadi. Representasi yang ingin ditampilkan pada novel dan film ini mencerminkan kearifan lokal suatu daerah. Tokoh Bian dan sejumlah tokoh bawahan lainnya seringkali melakukan aktivitas yang menjunjung tinggi kearifan lokal daerah. Aktivitas tersebut berhubungan dengan kesenian dan pariwisata. Tokoh Bian gemar x sekali menonton kesenian tradisional yang ada di Yogyakarta. Ia juga gemar mengunjungi tempat-tempat tradisional dan bersejarah di Yogyakarta. Kegemaran tokoh Bian tersebut merepresentasikan kearifan lokal yang terdapat di Yogyakarta dalam bentuk kesenian dan pariwisata.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JEMBERen_US
dc.subjectRepresentasi Kearifan Lokal Yogyakarta dalam Novel Raksasa dari Jogja Karya Dwitasari dan Film Raksasa dari Jogja Karya Sutradara Monty Tiwa: Kajian Ekranisasien_US
dc.titleRepresentasi Kearifan Lokal Yogyakarta Dalam Novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari Dan Film Raksasa Dari Jogja Karya Sutradara Monty Tiwa: Kajian Ekranisasien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.prodiSASTRA INDONESIA


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record