Show simple item record

dc.contributor.advisorMustamar, Sunarti
dc.contributor.advisorMuhamad, Abu Bakar Ramadhan
dc.contributor.authorANDRIYANTO, M. Roby
dc.date.accessioned2020-11-17T02:19:12Z
dc.date.available2020-11-17T02:19:12Z
dc.date.issued2020-01-29
dc.identifier.nim130110201012
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/101991
dc.description.abstractPada novel Manusia Langit diceritakan bagaimana benturan kepercayaan antara yang tradisional dan Modern. Mahendra sebagai pembawa pemikiran Modern dan berusaha mengubah jalan pikiran Masyarakat Banuaha sebagai representasi Tradisional atau pemimkiran yang dianggap kuno dan terbelakang. Banuaha, adalah satu desa di kepulauan Nias yang masih memegang teguh kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Kepercayaan tersebut sudah turuntemurun dari nenek moyang mereka sampai hari ini. Semua aspek kehidupan yang berhubungan dengan tradisi akan diawali dengan sesembahan atau upacara. Bahkan penyebutan nama leluhur akan sangat terlarang dianggap biasa dan harus melalui proses yang panjang untuk dapat melakukan hal tersebut. Penyebutan nama leluhur akan diawali dengan proses upacara dan penyembelihan hewanhewan seperti babi dalam jumlah tertentu. Apabila tidak melaksanakan hal tersebut, maka akan terjadi malapetaka yang menimpa keluarga tersebut. Salah satu contoh dalam Novel tersebut yaitu, kematian Ima Budi atau ibu dari anak yang bernama Budi. Ima dalam suku Nias adalah sebutan lain dari kata Ibu dan Ama adalah sebutan lain dari Ayah. Kematian Ima Budi dikaitkan dengan penyebutan nama leluhur Ama Budi yang tidak diawali dengan upacara. Sayani adalah anak dari keluarga Ama Budi, sebagai anak yang sayang kepada orangtua nya, Sayani merasa terpukul dan marah sekali terhadap Mahendra yang memaksa Ama Budi untuk bercerita tentang asal-usul kejadian bayi hilang yang dimakan oleh roh jahat. Mahendra merasa bersalah kepada keluarga Ama dan Sayani khususnya karena perbuatannya, Ima Budi meniggal dunia. Pandangan Dunia Jajang sebagai seorang dosen dan arkeolog adalah pandangan dunia modern. Sebagian besar aspek kehidupan pastinya akan diperhitungkan dan dinilai dengan logika, selayaknya manusia modern yang tidak ix akan mempercayai tahayul atau memilih sebagai golongan orang-orang yang menggunakan logika dari pada hati. Pada novel Manusia Langit diceritakan bagimana kepercayaan membuat masyrakat Banuaha menjadi tidak open minded atau keterbelakangan masaah perkembangn pemikiran dan kehidupan sehingga membuat mereka memiliki pemikiran yang udik dan tidak bisa dijelaskan dengan nalar. Pemikiran tersebut terlihat dari bagaimana mereka mengartikan batu, fosil, peninggan dan bendabenda besar yang mereka artikan sebagai simbol dari kekuatan dan harus mereka sembah. sebagian besar pola-pola kehidupan tidak lepas dari sesembahan, nenek moyang dan upacara-upacara yang mengorbankan hewan bahkan manusia pada dulu kala. Dari proses pembuatan rumah, kelahiran anak, sakit, kemudian mati. Permasalahan yang timbul ketika Mahendra datang ke Banuaha yaitu permasalahan antara yang modern dan tradisi. Bagaimana proses modernisme ingin merubah pemikiran masyarakat Banuaha menjadi lebih maju dan mampu berkembang dengan zaman, tetapi yang tidAk Mahendra perhitungkan yaitu tradisi yang sudah mereka jaga selama berpuluh-puluh tahun akan ikut hilang dan membuat identitas asli mereka tidak ada. Merujuk pada permasalahan diatas, pada penelitian novel Manusia Langit ini menggunakan teori strukturalisme genetik Goldman, yang menekankan pada aspek kepengarangan dan latar belakangnya. Strukturalisme Genetik sendiri memilik metode yang berbeda dengan kajian struktural murni yang lain. Struturalisme Genetik mempunyai metode penelitian yaitu metode Dialektik yang bisa digabungkan dengan metode deskriptif kualitatif sebagai metode yang dipakai oleh peneliti. Relasi yang terdapat di dalam novel yang mempertemukan yang modern bertentangan dengan yang tradisi. Bagaimana proses modernisme mengubah tatanan yng telah tertata dan dijaga berpuluh-puluh tahun oleh masyarakat Banuaha. Pertentangan yang terjadi menggambarkan bagaimana modern mampu mendominasi yang tradisi. Pada akhir Bab dijelaskan bagaimana resali yang terjadi antara ideologi modern dan ideologi tradisional. Dalam bab tersebut dijelaskan pula bagaimana Homologi yang hadir antara struktur karya sastra dan unsur-unsur dibelakang kepengarangan, salah satunya adalah kelompok-kelompok sosial. Kemudian diperoleh kesimpulan bahwa ideologi modern lebih mendominasi yang tradisi.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherFakultas Ilmu Budayaen_US
dc.subjectNOVEL MANUSIA LANGITen_US
dc.subjectKAJIAN STRUKTURALISME GENETIKen_US
dc.titleNovel Manusia Langit Karya J. A. Sonjaya : Kajian Strukturalisme Genetiken_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.prodiSASTRA INDONESIA
dc.identifier.kodeprodi0110201


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record