dc.description.abstract | Fraktur radius distal merupakan fraktur yang paling sering terjadi pada
manusia (Paulsen dan Waschke, 2010). Koval dan Zuckerman (2002) juga
menyebutkan bahwa frakur ini merupakan salah satu fraktur yang paling sering
terjadi pada ekstrimitas atas. Pada usia tua jatuh karena terpeleset bisa
menyebabkan fraktur tersebut. Insidensi kejadian fraktur ini meningkat dengan
tingginya resiko jatuh dan osteoporosis (Harris et al., 2017). Koval dan
Zuckerman (2002) juga menyebutkan bahwa fraktur radius distal pada orang tua
berhubungan dengan osteopenia dan meningkatnya usia. Fraktur radius distal
menjadi salah satu jenis patah tulang yang paling umum terjadi, dengan lebih dari
640.000 kasus dilaporkan terjadi di Amerika Serikat selama tahun 2001 (Nellans,
2012). Pada Departemen Ortopedi di East Avenue Medical Center Philippines
dari Januari sampai Desember 2005 terdapat 1.957 kasus yang masuk dan
sebanyak 111 kasus merupakan fraktur radius distal (Dhakal dan Caro, 2012).
Angka kejadian fraktur radius distal di Indonesia sendiri belum memiliki data
yang tercatat dengan baik.
Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan hasil terapi operatif dan non
operatif pada pasien fraktur radius distal dan untuk mengetahui perbandingan
kemampuan aktivitas dan tingkat nyeri pada pasien fraktur radius distal pasca
terapi operatif dan non oepartif. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik
observasional dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan kepada
pasien fraktur radius distal yang telah diterapi dengan tindakan operatif atau non
operatif pada tahun 2015-2017 di RSD dr. Soebandi Jember, dan dilaksanakan di
rumah masing-masing responden. Masing-masing sampel yang memenuhi kriteria
inklusi diwawancarai degan menggunakan kuisioner PRWE. Penulis
menggunakan data primer berupa kuesioner dan data sekunder berupa rekam
medis pasien. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik Mann-Whitney
U-test dengan nilai kemaknaan p< 0,05.
Dari 19 sampel yang terbagi menjadi 9 sampel dengan terapi operatif, dan
10 sampel dengan terapi non operatif. Hasil uji Mann Withney menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan antara metode Operatif dan Non Operatif pada
Kemampuan Aktivitas pasien dengan nilai signifikansi sebesar 0,088 (p>0,05).
Pada Tingkat Nyeri yang dirasakan oleh pasien, nilai signifikansi uji Mann
Withney sebesar 0,086 yang artinya tidak terdapat perbedaan tingkat nyeri yang
dirasakan oleh pasien dengan menggunakan metode Operatif dan Non Operatif. | en_US |