Sastra Lisan dan Humaniora: Fitur Bahasa dalam Mantra Pengasihan
Abstract
Mantra adalah bentuk sastra kuno dan merupakan salah satu warisan budaya bangsa
Indonesia. Ia dipandang sama dengan doa sakral yang berisi rangkaian kata yang memiliki
kekuatan gaib untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Mantra digunakan untuk berbagai
tujuan, seperti menyembuhkan penyakit, mengusir roh jahat, melancarkan rezeki, dan untuk
memperoleh jodoh. Mantra pengasihan adalah salah satu jenis mantra yang fungsinya untuk
menjerat perhatian serta menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dari orang yang akan
dicintainya. Dalam masyarakat kita ada ungkapan “cinta ditolak dukun bertindak.” Ini
membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sangat lekat dengan ilmu gaib atau ilmu pelet
yang disebut ilmu pengasihan yang dapat digunakan untuk mencapai keinginan menjalin
asmara dengan orang yang dicintainya apabila jalan normal tidak dapat ditempuhnya.
Fenomena semacam ini dipandang wajar oleh masyarakat kita. Artikel ilmiah ini
merupakan luaran hasil penelitian di kabupaten Banyuwangi yang berangkat dari
pertanyaan penelitian: 1) fitur kebahasaan macam apa yang dapat diungkap dalam mantra
pengasihan tersebut, 2) bagaimana cara kerja mantra tersebut sehingga dapat
membangkitkan gairah bercinta, dan 3) mengapa mantra ini masih eksis di masyarakat
Banyuwangi khusunya. Metodologi: data penelitian ini berupa wacana atau teks mantra
pengasihan. Penggalian data dilakukan melalui studi lapangan dengan melakukan
pengamatan dan wawancara langsung dengan informan yaitu si korban dan juga si dukun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fitur kebahasaan dalam mantara pengasihan adalah 1)
menggunakan bahasa Jawa atau Arab, 2, dapat menimbulkan daya magis apabila dibarengi
dengan laku mistis, dan 3, sudah membudaya dan dipandang sebagai kebutuhan hidup oleh
masyarakat Banyuwangi.
Collections
- LSP-Conference Proceeding [1874]