dc.description.abstract | Sungai Semangir sangat berperan penting bagi pemenuhan kebutuhan air
masyarakat. Sumber pencemar yang masuk ke Sungai Semangir merupakan jenis
sumber pencemar non point source karena zat pencemar tersebut hanya berasal
dari limpasan pemukiman penduduk dan daerah pertanian. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya pengelolaan kualitas air antara lain dengan menetapkan daya
tampung sungai menggunakan metode Streeter Phelps. Penelitian ini dilakukan
di Sungai Semangir dan Laboratorium TPKL, FTP, Universitas Jember pada
bulan Februari sampai Maret 2019. Parameter yang diukur meliputi debit, pH,
DO, BOD, TSS, TDS, kekeruhan dan suhu.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, data analisis
kualitas air Sungai Semangir memiliki nilai yang masih memenuhi baku mutu air
kelas III. Beban pencemaran tertinggi pada titik 1 yaitu sebesar 73,613 kg/hari
sedangkan beban pencemaran terendah pada titik 3 yaitu sebesar 40,011 kg/hari.
Daya tampung Sungai Semangir menggunakan metode Streeter Phelps ditentukan
dengan laju deoksigenasi dan reaerasi. Laju deoksignasi tertinggi pada titik 2 yaitu
0,1009 mg/l.hari, sedangkan laju deoksigenasi terendah di titik 3 yaitu 0,0635
mg/l.hari. Laju reaerasi tertinggi terjadi di titik 3 yaitu sebesar 24,1616 mg/l.hari
dengan nilai defisit oksigen (D) sebesar 2,3835 mg/l , sedangkan nilai laju reaerasi
terendah terjadi di titik 4 yaitu sebesar 14,8532 mg/l.hari dengan nilai defisit
oksigen (D) sebesar 2,3776 mg/l. Berdasarkan perhitungan Streeter-Phelps, pada
semua titik pengamatan tidak diperoleh nilai jarak kritis (xc), waktu kritis (tc), dan
oksigen kritis (DO kritis). Artinya DO pada sungai belum mencapai kondisi kritis.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan perhitungan DO sisa dengan pengurangan DO
aktual terhadap DO baku mutu, dengan hasil 2,40 mg/L. Sehingga Sungai
Semangir masih dapat menampung beban pencemaran sebesar 26,91 kg/hari. | en_US |