BENTUK-BENTUK KEKERASAN YANG DIALAMI OLEH PENGEMIS ANAK (Studi Deskriptif Pada Pengemis Anak Yang Berope rasi di Kabupaten Je mber)
Abstract
Akibat dari timpangnya aspek pemerataan banyak kalangan yang tidak dapat
merasakan pembangunan itu sendiri, sehingga mengakibatkan melonjaknya jumlah
keluarga miskin. Tekanan ekonomi dan juga adanya masalah di dalam keluarga
tersebut, menempatkan anak sebagai pihak yang paling sering dikorbankan sehingga
seorang anak tersebut terpaksa turun ke jalanan untuk turut membantu perekonomian
keluarga. Tak urung jalanan menjadi pilihan yang rasional bagi anak-anak tersebut
untuk mencari nafkah. Kehidupan sebagai pengemis anak menghadapkan anak-anak
tersebut pada kondisi yang rawan bagi terjadinya berbagai bentuk kekerasan pada
saat menjalankan aktifitasnya di jalanan. Penelitian ini bertujuan
mengindentifikasikan berbagai bentuk dan pelaku kekerasan yang dialami oleh
seorang pengemis anak tersebut
Berdasarkan penjelasan tersebut tentu hal itu bertentangan dengan beberapa
kebijakan negara mengenai kesejahteraan anak. Dimana seharusnya anak
memperoleh pemenuhan hak mereka dalam bertumbuh kembang baik di bidang
pendidikan, perkembangan motorik, sensorik, maupun perkembangan yang sifatnya
kerohanian. Anak seharusnya menghabiskan waktunya untuk bermain serta belajar
Akibatnya kondisi kesejahteraan inilah mereka dapat dikatakan masih jauh dari kata
sejahtera. Oleh karena itu penulis tertarik meneliti bentuk-benuk kekerasan yang
dialami oleh pengemis anak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk kekerasan
yang dialami oleh pengemis anak pada saat menjalankan aktifitasnya di jalanan.
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dan jenis
penelitiannya adalah deskriptif. Lokasi penelitian ini di pusat Kota Jember, Penelitian
ini dilakukan mulai tanggal 26 Maret sampai dengan 30 Mei. Penentuan informan
dalam penelitian ini menggunakan teknik snow ball dan menemukan 10 orang
informan, yaitu 8 orang sebagai informan pokok dan salah seorang dari informan
pokok tersebut adalah informan kunci, 2 orang sebagai informan tambahan.
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi observasi terangterangan
dan observasi tersamar, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi.
Dalam keabsahan data, penelitian ini mengguanakan teknik triangulasi sumber data.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, pengemis
anak pada saat menjalankan aktifitasnya sering sekali mengalami kekerasan secara
langsung secara disengaja maupun tidak disengaja. Kekerasan tersebut ada berbagai
bentuknya, meliputi kekerasan fisik berupa kekerasan yang dialami pengemis anak
yaitu dipukul, ditendang dan berkelahi dengan anak jalanan lainya atau masyarakat
sekitar. Bentuk kekerasan psikis berupa makian dan penyampaian kata-kata kotor dari
masyarakat. Bentuk kekerasan secara seksual berupa mendapatkan perlakuan
pelecehan seksual dari masyarakat dan bentuk kekerasan sosial yang dialami
pengemis anak dalam penelitian ini berupa penelantaran dari kedua orang tua dan
sikap semena- mena serta acuh dari masyarakat disekitar lokasi pengemisan.
Dalam penelitian ini juga berhasil memetakan bahwa terdapat pihak-pihak
yang menjadi pelaku dari tindak kekerasan terhadap pengemis anak. Pihak-pihak
yang dimaksud yaitu pemerintah, orang tua, masyarakat dan anak jalanan. Terkait
dengan pelaku kekerasan tersebut, pola tindak kekerasan yang dialami oleh pengemis
anak meliputi : pengemis anak sering kali berkelahi dengan anak jalanan yang berada
di sekitar lokasi pengemisan dan masalah utamanya adalah perebutan lokasi,
pengemis anak juga mendapatkan tindak kekerasan dari masyarakat yaitu dipukul,
ditendang serta masyarakat acap kali melakukan kekerasan berupa makian,
penyampaian kata-kata kotor dan bahkan pengusiran bila keberadaan pengemis anak
tersebut dianggap menggangu, selanjutnya orang tua dari pengemis anak menyuruh
seorang anak ini untuk membantu perekonomian dikeluarganya dengan menjadi
pengemis dan menargetkan pendapatan per-harinya, orang tua dari pengemis anak
juga melakukan penelantaran kepada anaknya dengan membiarkanya menghidupi dan
memenuhi kebutuhanya sendiri sehingga seorang anak ini turun ke jalanan, serta yang
terakhir pemerintah juga acap kali melakukan razia kepada pengemis anak sehingga
timbul perasaan cemas dan takut pada diri pengemis anak pada saat terjadi kejarkejaran
di
lokasi pengemisan.