dc.description.abstract | Berkembangnya industri pengolahan pangan dan terbatasnya jumlah
pewarna alami menyebabkan pemakaian zat warna sintetis meningkat. Pewarna
sintetis pada makanan tidak aman untuk dikonsumsi karena mengandung logam
berat yang berbahaya bagi kesehatan. Dan kulit buah naga selama ini lebih sering
menjadi hanya menjadi limbah. Sedangkan, kulit buah naga memiliki kandungan
antosiani. Antosianin merupakan zat warna yang berperan memberikan warna
merah berpotensi menjadi pewarna alami untuk pangan dan dapat dijadikan
alternatif pengganti pewarna sintesis yang lebih aman bagi kesehatan. Dengan
metode ekstraksi kulit buah naga diambil akan di pisahkan dari komponen
padatan, yang akan di hasilkan cairan, Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi
kulit buah naga diantaranya adalah suhu dan waktu pemanasan menggunakan
waterbath. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu
pemanasan terhadap karakteristik ekstrak kulit buah naga sebagai pewarna alami.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 sampai Januari 2019 di
Laboratorium Enjiniring Hasil Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Jember. Bahan yang digunakan dalam penelitian
adalah kulit buah naga dan aquades. Kulit buah naga yang digunakan adalah jenis
Hylocereus polyrhizus (buah naga kulit merah daging merah) yang diperoleh dari
pedagang buah di wilayah Jember dan sekitarnya. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik warna yang
dimiliki oleh ekstrak kulit buah naga berdasarkan suhu dan waktu pemanasan,
dalam motode eksperimen yang digunakan adalah dengan cara Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu faktor A suhu pemanasan (40, 50 dan
60oC) dan faktor B waktu pemanasan (15, 30 dan 45 menit). Data yang diperoleh yaitu densitas, rendemen, warna dan pH terhadap pengaruh suhu dan waktu
pemanasan ekstrak kulit buah naga sebagai pewarna alami.
Dalam pembuatan ekstrak kulit buah naga dilakukan 9 kali pengekstrakan
menggunakan blender, dari pengulangan sebanyak 9 kali dalam pembuatan
sampel ekstrak kulit buah naga dihasilkan rata-rata sampel ekstrak kulit buah naga
sebanyak 222,54 ml. ekstrak kulit buah naga yang sudah diekstrak kemudian
disentrifugasi agar ekstrak kulit buah naga dapat terpisah antara solid dan liquid,
dari proses sentrifugasi dihasilkan jumlah liquid sebanyak 100 ml. Kemudian
ekstrak kulit buah naga yang sudah terpisah antara solid dan liquid, kemudian
dilakukan pemanasan menggunakan waterbath. Setelah dilakukan pemanasan
diukur sifat eniineringnya, sifat enjiniring ekstrak kulit buah naga yang dihasilkan
yaitu memiliki Tingkat kecerahan (L) antara 26,9-29,1; tingkat kemerahan (a)
antara 2,2-4,8; tingkat kekuningan (b) antara 4,8-5,4; sudut warna chroma (Cr)
antara 4,8-6,9 densitas antara 0,987-1,041 g/ml; rendemen antara 42,99%-44,56%;
dan pH antara 5,46-6,3. Berdasarkan hasil penelitian, suhu pemanasan lebih
dominan berhubungan terhadap sifat enjiniring ekstrak kulit buah naga dibanding
dengan waktu pemanasan. Pengaruh suhu pemanasan memiliki hubungan
signifikan terhadap variabel pengamatan L, densitas, rendemen dan pH. Waktu
pemanasan signifikan terhadap variabel pengamatan a, rendemen dan pH. | en_US |