dc.description.abstract | Gula merupakan produk hasil olahan dari tebu (Saccharum officinarum)
yang menjadi salah satu dari bahan komoditi pangan utama, selain beras, kedelai,
dan jagung dengan jumlah produksinya yang masih kecil dibanding kebutuhan.
Peningkatan permintaan gula dalam negeri seharusnya diiringi dengan peningkatan
produktivitas pabrik gula, tetapi 67 pabrik gula aktif hanya mampu memenuhi
kebutuhan rata-rata 2.3 juta ton/tahun. Berbagai penyebabnya antara lain anomali
iklim, rendemen kecil (di bawah 8%) dan produktivitas rendah (di bawah 80
ton/hektar).
Potensi resiko produksi gula data terjadi sejak tebu diterima di pabrik hingga
proses produksi. Potensi resiko produksi yang menjadi prioritas untuk dikendalikan
adalah penurunan rendemen karena rendemen mencerminkan seberapa besar gula
yang dapat dihasilkan dari tebu yang digiling. Penurunan rendemen tebu akibat
terjadinya tunda giling jauh lebih besar dibandingkan saat pengolahan di pabrik.
Mutu tebu setelah ditebang memiliki nilai briks rata-rata 20.29% dan pol rata-rata
17.13%. Setelah sampai di caneyard, tebu mengalami penyusutan mutu dengan
nilai briks rata-rata 19.59% dan pol rata-rata 16.24%. Hal tersebut disebabkan oleh
inversi mikrobiologi, terutama oleh infeksi bakteri Leuconostoc mesenteroides
selama di lahan, pengiriman dan produksi. Bakteri ini memproduksi
dekstransukrase yang mensintesa sukrosa menjadi dekstran. Kadar dekstran yang
tinggi dalam nira bisa mengganggu produksi gula tebu. Selain berakibat terhadap
kehilangan sukrosa, tingginya konsentrasi dekstran dapat pula meningkatkan
viskositas nira yang berpengaruh nyata terhadap penurunan rendemen, kualitas
gula, dan beresiko terhadap biaya ekonomi tinggi.
Penelitian dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu tahap identifikasi sistem, tahap
pembuatan model, dan tahap analisis kebijakan. Pada tahap identifikasi dilakukan
dengan survei dan wawancara dalam lingkup proses penebangan tebu hingga proses
produksi untuk mendapatkan data-data primer dan data-data sekunder dalam sistem
pabrik gula Semboro, selanjutnya dilakukan dengan mengidentifikasi permasalahan
yang terdapat pada sistem produksi gula PG Semboro serta dilakukan studi literatur.
Kemudian pada tahap ke dua dilakukan pembuatan model dengan cara
mengidentifikasi variabel-variabel pada sistem produksi pada pabrik gula Semboro
yang dilanjutkan dengan menyusun konsep model sistem dengan membuat CLD
(Causal Loop Diagram) dan SFD (Stock Flow Diagram) dengan formulasi logika
model agar dapat merepresentasikan keadaan aktual. Setelah itu, model yang
tersusun dilakukan verifikasi dan validasi untuk mengukur kemampuan model
dengan menggunakan metode MAPE yang diulang sebanyak 50 kali dan diuji
distribusi datanya. Dan tahap yang terakhir adalah perumusan kebijakan sebagai
tindakan korektif untuk memperbaiki sistem yang telah ada. | en_US |