dc.description.abstract | Hasil penelitian pengujian HCN pada umbi singkong segar mulai dari
konsentrasi tertinggi sampai terndah. Konsentrasi HCN dalam wet basis pada
varietas Malang-4 sebesar 67,63 ppm. Pada varietas Malang-6 sebesar 58,42 ppm.
Pada singkong varietas Kaspro sebesar 44,04 ppm. Varietas Ketan sebesar 14,71
ppm. Varietas Cimanggu sebesar 11,54 ppm. Varietas Mentega sebesar 10,83
ppm.
Hasil identifikasi keberadaan senyawa dengan TIC (Total Ion
Chromatography), menunjukkan bahwa senyawa-senyawa lain (non linamarin)
yang terdapat pada ekstrak sampel hanya sebagian kecil. Kandungan senyawa
pada ekstrak sampel yang diekstraksi sebagian besar senyawa linamarin. Hal ini
dapat dibuktikan dengan terdapatnya luas area senyawa yang paling besar dengan
RT (Retention Time) 0,92-0,94 menit, sedangkan senyawa-senyawa lain yang
muncul hanya sebagian kecil dengan luas area sangat kecil.
Hasil dari spektrum massa senyawa linamarin, menunjukkan terdapatnya
komponen-komponen pecahan linamarin yang tersusun atas senyawa dengan berat
molekul 18 m/z, 67 m/z dan 179 m/z. Senyawa linamarin tersusun atas senyawa
dengan berat molekul 67 m/z dan 179 m/z (Lopes et al., 2015), sedangkan
senyawa dengan berat molekul 18 m/z merupakan pelarut jenis NH4 yang
digunakan dalam metode identifikasi senyawa linamarin LC-MS/MS.
Berdasarkan retention time yang didapat terhadap semua sampel senyawa
linamarin 1 teridentifikasi pada RT 0,92-0,96 menit dan pada senyawa linamarin 2
teridentifikasi pada RT 1,16-1,32 menit. Sedangkan senyawa lotaustralin
teridentifikasi pada RT 1,34-1,45 menit. Adanya perbedaan retention pada
senyawa linamarin 1 dan 2 disetiap sampelnya hal ini dikarenakan adanya
perbedaan afinitis pada sampel terhadap fase diam.
Hasil FTIR senyawa linamarin pada singkong varietas Malang-6 terdapat
bilangan gelombang pita alifatik yaitu O-H, C-H, C-O dan C≡N dapat tervibrasi,
sedangkan CN amida tidak dapat tervibrasi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
adanya perubahan atau penguraian selama proses pembuatan sampel, sehingga
struktur molekul linamarin pada singkong tetap seperti semula. Namun terdapat
perbedaan nilai bilangan gelombang yang dihasilkan dari sampel linamarin.
Mekanisme degradasi pita alifatik senyawa linamarin dapat teridentifikasi dengan
adanya pelepasan unsur- unsur O-H (Idibie, 2006) sampai pembentukan CN
amida (Mingi et al., 1992).
Berdasarkan perhitungan dengan spike glukosa, konsentrasi senyawa
linamarin yang ekuivalen dengan glukosa dalam umbi singkong segar mulai dari
tertinggi sampai terendah yaitu : singkong varietas Malang-4 pada linamarin 1
sebesar 14.300,81 ppm dan linamarin 2 sebesar 2.655,73 ppm. Pada singkong
varietas Malang-6 linamarin 1 sebesar 4.630,08 ppm dan linamarin 2 939,17 ppm.
(pada varietas Kaspro linamarin 1 sebesar 1.450,72 ppm dan linamarin 2 sebesar
674,30 ppm. Singkong varietas Ketan linamarin 1 sebesar 1.481,00 ppm dan
linamarin 2 sebesar 662,33 ppm. Pada varietas Cimanggu linamarin 1 sebesar
1.147,06 ppm dan linamarin 2 sebesar 545,52 ppm. Pada varietas Mentega
linamarin 1 sebesar 24,37 ppm dan linamarin 2 sebesar 81,20 ppm. Kandungan
senyawa linamarin ekuivalen dengan glukosa disetiap varietas berbeda-beda.
Adanya perbedaan kandungan senyawa linamarin ini dikarenakan perbedaan laju
biosintesis, degradasi dan laju transport (Elias et al., 1991), serta perbedaan
kondisi lingkungan dan cara budidaya tanaman singkong (Bradbury, 1991). | en_US |