Show simple item record

dc.contributor.advisorKUSWARDHANI, Nita
dc.contributor.advisorAMILIA, Winda
dc.contributor.authorYULIAN, Novita Fitri
dc.date.accessioned2019-11-25T08:39:14Z
dc.date.available2019-11-25T08:39:14Z
dc.date.issued2018-08
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id//handle/123456789/95436
dc.description.abstractKabupaten Jember merupakan salah satu daerah sentra kopi robusta. Produksi kopi robusta di wilayah ini tahun 2010 sebanyak 3.120 ton dengan luas areal perkebunan 5.608 ha (Dirjen Perkebunan, 2011). Kecamatan Bangsalsari merupakan salah satu wilayah yang terletak di Lereng Pegunungan Argopuro Jember yang memiliki total produksi kopi robusta sebanyak 9.945,80 kw pada tahun 2016. Proyeksi permintaan kopi robusta asal Kabupaten Jember meningkat dari tahun ke tahun. Ketidakseimbangan pasokan kopi ekspor dan penurunan kualitas menyebabkan pendapatan petani menurun. Kondisi inilah yang menyebabkan risiko dan menimbulkan kerugian disetiap anggota rantai pasok. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis risiko rantai pasok menggunakan metode ANP dan FMEA. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi dan mengendalikan risiko rantai pasok kopi rakyat robusta Kecamatan Bangsalsari Jember yang efektif dan efisien. Penelitian ini terbagi menjadi tiga langkah yaitu identifikasi risiko, analisis risiko dan merumuskan pengendalian risiko. Identifikasi risiko bertujuan untuk menghasilkan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengolahan data menggunakan ANP (Analitycal Network Process). Tahap identifikasi risiko dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD). Tahap analisis risiko menggunakan penilaian ANP dan dijadikan acuan untuk pengendalian risiko menggunakan WFMEA (Weighted Failure Mode and Effect Analysis). Pengendalian risiko merupakan tahapan lanjutan setelah risiko-risiko teridentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan tingkat risikonya. Berdasarkan hasil FGD dan setelah dilakukan seleksi subkriteria didapatkan empat masalah, enam risiko dan lima aktor dalam kerangkan ANP yang akan dilakukan penilaian. Berdasarkan hasil analisa data dapat diketahui bahwa masalah ketidakseragaman kualitas kopi robusta yang memiliki prioritas tertinggi dengan nilai sebesar 0,3686. Penyebab utama dari masalah ini karena mutu buah kopi yang sudah dipanen sebelum matang sempurna. Hal ini sesuai dengan penilaian bobot risiko kualitas yang memiliki bobot tertinggi dengan nilai sebesar 0,3021. Hasil pengolahan bobot prioritas aktor petani yang memiliki bobot tertinggi dengan nilai sebesar 0,2955. Hal ini dikarenakan untuk menghasilkan kualitas kopi robusta yang baik tergantung dari perlakuan petani terhadap kopi tersebut. Hasil perhitungan WFMEA dengan risiko kualitas tetap berada pada urutan pertama dengan WRPN 222,45 dan risiko produksi pada urutan kedua dengan WRPN 116,35. Berdasarkan kategori risiko dapat diartikan bahwa untuk risiko produksi pengendalian risikonya yaitu perlu dihindari dan untuk risiko kualitas yang harus dilakukan yaitu berupa mitigasi risiko atau perlu untuk dihilangkan. Upaya yang bisa dilakukan dalam pengendalian risiko produksi dan kualitas yaitu dengan membiasakan petani untuk menerapkan pengolahan basah pada pasca panen kopi robusta dan pembentukan koperasi kelompok tani.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries141710301037;
dc.subjectKopi Robustaen_US
dc.titleAnalisis Risiko Rantai Pasok Kopi Rakyat di Kecamatan Bangsalsari Jemberen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record