Show simple item record

dc.contributor.advisorHERMANSYAH, Yuli
dc.contributor.advisorFATMAWATI, Heni
dc.contributor.authorKUMIASARI, Ika Aulia
dc.date.accessioned2019-08-26T04:27:39Z
dc.date.available2019-08-26T04:27:39Z
dc.date.issued2019-08-26
dc.identifier.nimNIM152010101081
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/92171
dc.description.abstractPenyakit Ginjal Kronis merupakan penyakit pada ginjal yang ditandai dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus <60 ml/menit per 1,73m2 dengan durasi setidaknya tiga bulan. Penyakit ginjal kronis stadium V merupakan penyakit pada ginjal dengan laju filtrasi glomerulus yang mencapai <15 ml/menit per 1,73m2 . Stadium tersebut memerlukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal. Hemodialisis merupakan pilihan utama terapi pengganti ginjal pada pasien penyakit ginjal kronis stadium V. Namun, hemodialisis menghabiskan dana terbanyak dibandingkan modalitas terapi pengganti ginjal lainnya. Oleh karena itu, penggunaan kembali dialyzer diharapkan dapat membantu menurunkan biaya hemodialisis. Menggunakan kembali dan memproses ulang dialyzer berulang kali dapat mempengaruhi hemodialisis karena terjadinya pengikatan molekul albumin pada membran dialyzer dan bahkan dalam keadaan tertentu albumin dapat bocor selama hemodialisis. Perubahan permeabilitas membran dialyzer, penurunan kualitas membran dialyzer, serta perbesaran diameter pori-pori membran dialyzer juga dapat berpotensi menyebabkan hilangnya protein, lemak, dan glukosa. Oleh karena itu, pemantauan status gizi harus dilakukan pada pasien penyakit ginjal kronis. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain penelitian quasi experimental dengan bentuk post-test only di Ruang Instalasi Hemodialisis RSD dr. Soebandi Jember periode Oktober-November 2018. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Kriteria inklusi meliputi pasien penyakit ginjal kronis stadium V yang telah menjalani hemodialisis reguler 2x setiap minggu, pria/wanita, pasien menjalani hemodialisis ≥3 bulan, usia ≥18 tahun, setuju dan telah melengkapi lembar informed consent, Quick Blood (Qb) ≥ 100 ml/menit, Quick Dialisat (Qd) ≥ 200 ml/menit, lama hemodialisis ≥2 jam, total cell volume pada dialyzer reuse >80%. Kriteria eksklusi meliputi tekanan darah sistolik <80 mmHg dan atau tekanan darah sistolik >200 mmHg selama hemodialisis, suhu tubuh <36℃ dan atau >40℃, pasien mengalami kejang, denyut nadi <60x/menit dan atau >120x/menit, pasien menjalani transfusi whole blood dan albumin selama proses hemodialisis, pasien tidak bersedia, pasien menderita penyakit infeksi. Kriteria drop out adalah pasien meninggal saat dalam periode penelitian, pasien mengundurkan diri saat dalam periode penelitian, pasien pindah ke instalasi hemodialisis lain. Pengukuran status gizi yang meliputi indeks massa tubuh, tebal lemak kulit bisep dan trisep, serta kadar albumin serum dilakukan 5 menit setelah hemodialisis I saat pasien menggunakan dialyzer baru. Setelah itu, dialyzer tersebut mengalami pemrosesan ulang sebelum digunakan kembali seperti pembilasan, pencucian, dan desinfeksi. Ketika penggunaan kembali yang ke-4 (hemodialisis V atau reuse ke4), dilakukan pengukuran kembali status gizi yang meliputi indeks massa tubuh, tebal lemak kulit bisep dan trisep, serta kadar albumin serum 5 menit setelah hemodialisis V saat pasien menggunakan dialyzer reuse. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan, dianalisis menggunakan paired T-test. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada profil statis gizi pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis menggunakan dialyzer baru maupun reuse dengan nilai signifikansi masing-masing adalah p=0,111 (kadar albumin serum sebelum hemodialisis menggunakan dialyzer baru dan reuse), p=0,017 (kadar albumin sesudah hemodialisis menggunakan dialyzer baru dan reuse), p=0,062 (signifikan pada selisih kadar albumin serum sebelum dan sesudah hemodialisis menggunakan dialyzer baru dan reuse), p=0,183 (indeks masa tubuh sesudah hemodialisis menggunakan dialyzer baru dan reuse), p=0,326 (tebal lemak kulit bisep sesudah hemodialisis menggunakan dialyzer baru dan reuse), dan p=0,161 (tebal lemak kulit trisep sesudah hemodialisis menggunakan dialyzer baru dan reuse).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries152010101081;
dc.subjectPenyakit Ginjal Kronisen_US
dc.subjectpenyakiten_US
dc.subjectginjalen_US
dc.subjectPenyakit ginjal kronis stadium Ven_US
dc.subjectginjal kronis stadium Ven_US
dc.titlePerbandingan Profil Status Gizi Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis Stadium v Yang Menjalani Hemodialisis Menggunakan Dialyzer Baru Dan Reuse (Studi Eksperimental Di Instalasi Hemodialisis Rsd Dr. Soebandi Jember)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record