dc.description.abstract | Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan harus
diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di
jaman yang terus menerus berkembang. Selain itu pendidikan juga berperan dalam
menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada era globalisasi
ini. Salah satu ilmu yang berperan penting dalam perkembangan IPTEK adalah
matematika. Matematika adalah pelajaran yang tidak lepas dari soal-soal yang harus
diselesaikan, dimana untuk menyelesaikannya dibutuhkan pemahaman konsep
matematika, penyelesaian soal, dan pemecahan masalah-masalah matematika.
Sehingga dalam menyampaikan materi, guru harus dapat memilih dengan benar
model pembelajaran yang mana yang ia pilih agar siswa tertarik untuk belajar. Untuk
meningkatkan dan mengembangkan proses belajar mengajar, terdapat beberapa
model pembelajaran yang dapat diterapkan misalnya model Missouri Mathematics
Project (MMP) (Oktavia, 2010:4). MMP adalah model pembelajaran yang memuat
langkah-langkah: review, pengembangan, kerja kooperatif, seat work atau kerja
mandiri, dan proyek. Oktavia (2010:4) juga mengungkapkan MMP merupakan salah
satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dalam pembelajaran.
Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang
memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan pembelajaran (Hobri, 2010: 31).
Perangkat pembelajaran yang dimaksud dalam tulisan ini adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Tes
Hasil Belajar (THB). Perangkat pembelajaran tersebut dikembangkan sesuai dengan
model Missouri Mathematicss Project (MMP). Model Missouri Mathematicss
Project (MMP) adalah model pembelajaran yang terstruktur dengan baik. Langkah-
langkah berurutan yang diterapkan dalam MMP adalah Review, Pengembangan,
Kerja Kelompok, Kerja Mandiri, dan Proyek/PR. MMP memiliki banyak kelebihan,
diantaranya akan lebih banyak materi yang dapat disampaikan kepada siswa, siswa
dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui bimbingan guru dan siswa dapat
terampil mengerjakan soal karena banyaknya latihan yang diberikan. Model
pengembangan perangkat yang digunakan adalah model Plomp. Model Plomp
memiliki lima fase pengembangan, yaitu (1) investigasi awal, (2) fase
perancangan/desain, (3) fase realisasi/konstruksi, (4) fase tes, evaluasi, dan revisi, (5)
fase implementasi. Hasil yang diperoleh dari pengembangan perangkat yang telah dilakukan
meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Buku Siswa, Lembar Kerja Siswa, Tes
Hasil Belajar (THB). Perangkat yang telah dikembangkan selanjutnya divalidasi oleh
para validator untuk mengetahui kevalidan perangkat tersebut. Apabila perangkat
pembelajaran valid, maka siap digunakan untuk uji coba. Dari penilaian yang
diberikan validator diperoleh nilai tingkat kevalidan RPP sebesar 0.91 yang berarti
kriteria kevalidan sangat tinggi, nilai tingkat kevalidan Buku Siswa sebesar 0.90 yang
berarti kriteria kevalidan sangat tinggi, nilai tingkat kevalidan LKS sebesar 0.925
yang berarti kriteria kevalidan sangat tinggi, dan nilai tingkat kevalidan Tes Hasil
Belajar sebesar 0.851 yang berarti kriteria kevalidan sangat tinggi. Sehingga
kevalidan perangkat yang dihasilkan adalah sangat tinggi. Untuk mengetahui kualitas
kepraktisan dan kefektifan perangkat yang dikembangkan diukur dari aktivitas siswa
dan guru serta respon positif siswa terhadap perangkat pembelajaran. Hasil
pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran rata-rata dari pelaksanaan
RPP 1 hingga pelaksanaan RPP 5 berada pada kategori sangat tinggi dengan nilai
keaktifan rata-rata 82.82% dengan angka korelasi 0,83. Dengan demikian aktivitas
guru dapat dikatakan telah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran MMP.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran menunjukkan tingkat keaktifan siswa pada
kategori sangat tinggi dengan nilai keaktifan sebesar 87.2% dengan angka korelasi
0,87, artinya sebagian besar siswa aktif mengikuti pembelajaran model MMP dan
menunjukkan respon yang positif. Dengan nilai aktivitas siwa dan guru yang sangat
tinggi, maka kualifikasi kepraktisan perangkat pembelajaran juga sangat tinggi.
Jumlah siswa yang memberikan respon positif terhadap perangkat pembelajaran yang
dikembangkan sebanyak 14 siswa dari 16 siswa, sehingga kualifikasi kefektifan
perangkat pembelajaran sangat tinggi dengan nilai korelasi 0,875. Dapat disimpulkan
bahwa apabila kevalidan, kepraktisan, dan kualifikasi perangkat pembelajaran sangat
tinggi, maka perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dengan model MMP ini
tidak perlu dilakukan revisi dan uji coba kembali. Perangkat pembelajaran ini telah siap
dipublikasikan guna meningkatkan kualitas pendidikan siswa. Hasil yang diperoleh pada
penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa pengembangan
perangkat pembelajaran dengan model MMP dapat membiasakan siswa belajar dengan
disiplin dan sistematis (Sendy, 2011:62). Dengan demikian perangkat pembelajaran yang
dihasilkan dapat digunakan dengan baik oleh guru untuk menambah kedisiplinan dan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran meskipun dengan penilaian dari indikator yang
berbeda. | en_US |