dc.description.abstract | Bakso merupakan produk olahan pangan berbahan utama daging. Daging sapi
sering digunakan dalam pembuatan bakso, memiliki kandungan protein 19% dan
kandungan lemaknya 14%. Indonesia masih impor daging sapi sebesar 240 ton pada
tahun 2015. Tingginya angka impor tersebut menyebabkan harga daging di pasaran
tidak stabil, selain itu tingginya kandungan lemak pada daging sapi juga dapat
memicu timbulnya penyakit degeneratif jika dikonsumsi dalam jumlah yang
banyak. Daging analog merupakan produk duplikasi daging. Bahan baku
pembuatan daging analog yang umum digunakan yaitu isolat protein kedelai dan
gluten. Gluten memiliki tekstur kenyal seperti daging dan non kolesterol. Isolat
protein kedelai berfungsi memberikan karakteristik fungsional yaitu mengikat air
dan minyak, menstabilkan emulsi dan membantu mempertahankan struktur pada
produk olahan daging. Penambahan sumber karbohidrat dapat meningkatkan
chewiness daging analog. Tepung kedelai lokal varietas Dena-1 merupakan kedelai
unggulan yang memiliki kandungan protein sebesar ±36,7% BK, kadar lemaknya
yaitu ±18,8% BK dan kadar karbohidratnya yaitu ±31,59% BK.
Aplikasi daging analog dari gluten, ISP bersubstitusi tepung kedelai varietas
Dena-1 salah satunya yaitu bakso. Bakso dalam pembuatannya membutuhkan
bahan pengisi salah satunya yaitu tapioka. Tapioka merupakan salah satu bahan
pengisi yang dapat digunakan karena memiliki fungsi sebagai bahan perekat dan
bahan pengisi adonan bakso sehingga memiliki sifat memerangkap air. Oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian mengenai karakterisasi bakso berbahan baku daging
analog bersubstitusi tepung kedelai varietas Dena-1 dengan variasi penambahan
tapioka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan terbaik daging analog
pada berbagai variasi formulasi gluten, ISP dan tepung kedelai varietas Dena-1, karakteristik fisik bakso, kimia bakso dan organoleptik bakso berbahan baku daging
analog bersubstitusi tepung kedelai lokal varietas Dena-1 dan mengetahui
perlakuan terbaik bakso.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu
faktor variasi tapioka yaitu 10% (T1), 20% (T2), 30% (T3), 40% (T4) dan 50% (T5)
masing-masing perlakuan dilakukan tiga kali pengulangan. Pengolahan data
penelitian menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) meliputi karakteristik
fisik, kimia dan organoleptik. Beda nyata diantara rerata perlakuan digunakan uji
beda nyata DNMRT (Duncan New Multiple Range Test) dengan taraf uji 5%. Hasil
analisis perlakuan terbaik daging analog yaitu pada formulasi gluten:ISP:tepung
kedelai (70%:15%:15%) dengan kesukaan warna sebesar 81,4%, kesukaan aroma
sebesar 81,4%, kesukaan tekstur sebesar 85,1%, kesukaan rasa sebesar 62,9% dan
kesukaan keseluruhan sebesar 70,3%. Hasil analisis menunjukkan bahwa variasi
tapioka pada pembuatan bakso memberikan pengaruh nyata terhadap karakteristik
fisik, karakteristik kimia dan tingkat kesukaan warna, tekstur, rasa dan keseluruhan.
Perlakuan terbaik bakso berdasarkan persentase uji skoring deskriptif terdapat pada
perlakuan T3 (tapioka 30%) dengan kesukaan warna sebesar 88,4%, kesukaan
aroma sebesar 65,4%, kesukaan tekstur sebesar 73%, kesukaan rasa sebesar 84,5%
dan kesukaan keseluruhan sebesar 88,5%, sifat fisik tekstur sebesar 46,73 g/mm,
warna 58,76%, sifat kimia meliputi kadar air sebesar 68,9%, kadar abu sebesar
0,66%, kadar lemak sebesar 0,26%, kadar protein sebesar 14,7% dan kadar
karbohidrat sebesar 16,02%. | en_US |