dc.description.abstract | Transportasi kereta api merupakan sarana transportasi yang diciptakan dan
digunakan oleh manusia sebagai alat perpindahan dari satu tempat ketempat yang
lain. Lahirnya kereta api sebagai sarana transportasi memiliki kaitan erat dengan
upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengatasi kesulitan yang
dihadapinya. Kereta api lahir dan digunakan sebagai angkutan umum pada awal abad
ke 18, di Eropa. Indonesia, kereta api digunakan sebagai transportasi umum, baik
orang maupun barang sejak tanggal 10 Agustus 1867. Sedangkan, karesidenan
Besuki khususnya jalur Jember-Panarukan mulai digunakan sebagai alat transportasi
umum baik orang maupun barang tepatnya pada tanggal 1 Oktober 1897. pada tahun
1900 an transportasi keta api di karesidenan Besuki sudah terealisasi dengan baik.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah latar belakang
dibangunnya jalur transportasi kereta api Jember-Panarukan pada tahun 1893?; (2)
Bagaimanakah pembangunan sarana transportasi kereta api Jember-Panarukan dan
kehidupan perekonomian tahun 1893-1947?; (3) Apa pengaruh pembangunan jalur
transportasi kereta api Jember-Panarukan terhadap kehidupan ekonomi dan mobilitas
masyarakat yang dilewatinya. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengkaji lebih
dalam mengenai latar belakang dibangunya jalur transportasi kereta api JemberPanarukan;
(2) Untuk mengidentifikasi mengenai pembangunan dan pengelolaan
jalur transportasi kereta api Jember-Panarukan; (3) Untuk mengkaji lebih dalam
mengenai pengaruh transportasi kereta api Jember-Panarukan terhadap kehidupan
ekonomi dan mobilitas masyarakat yang dilewatinya.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelititan ini adalah metode sejarah
yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penulis juga menggunakan
pendekatan sosiologi ekonomi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer maupun sekunder yang diperoleh dari perpustakaan Universitas
Jember, Museum Ambarawa, PT Kereta Api DAOP IV Semarang serta PT Kereta
Api DAOP IX Jember.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa dibukanya jalur kereta
api dari Jember ke Panarukan pada tahun 1897, tujuan utamanya untuk memperlancar
pengiriman produk-produk perkebunan dari centra arealnya yakni Jember dan
Bondowoso ke daerah pelabuhan Panarukan. Dengan transportasi kereta api hanya
memerlukan waktu 4-5 jam dengan kapasitas gerbong mencapai 72-75 pak. Biaya
yang dihemat pun cukup besar, hanya f 29/gerbong (memuat 72-75 pak) sehingga
setiap pak hanya memerlukan biaya f 0,40. Dalam perkembangannya, kereta api juga
dimanfaatkan oleh petani untuk mengangkut hasil produksi pertanian yang berupa
jagung dan beras.
Pecahnya Perang Dunia II yang berakibat dikuasainya Hindia Belanda oleh
militer Jepang pada tahun 1942, telah menjadikan transportasi kereta api berfungsi
sebagai sarana perang. Dilihat dari sudut kelengkapan peralatan dan kualitas
pengoperasian transportasi kereta api, masa pendudukan militer Jepang merupakan
masa kemunduran. Begitu juga pada masa perang kemerdekaan tahun 1947, kereta
api digunakan untuk mengangkut militer Belanda. Pada tanggal 23 Nopember 1947,
kereta api dijadikan sarana bagi pihak Belanda untuk menyiksa tawanan yang terlibat
dalam perang gerilya di Bondowoso, peristiwa tersebut dikenal dengan “Gerbong
Maut”.
Dibukanya kereta api juga berdampak pada kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang dilewatinya, utamanya bagi pedagang dan jasa angkutan. Selain itu,
dampak lain yaitu transportasi kereta api Jember-Panarukan memberikan kontribusi
yang sangat besar bagi perkembangan masyarakat. | en_US |