dc.description.abstract | Buku ini secara umum membahas kebudayaan orang-orang
Pendalungan yang tersebar di kawasan Tapal Kuda, Jawa Timur,
namun secara lebih khusus yang berada di Kabupaten Jember.
Tentu saja berbagai permasalahan kebudayaan yang terjadi di
Jember maupun sekitarnya tidak terlepas dari dinamika politik
regional maupun nasional, namun tulisan ini tidak akan secara
spesifik mengkritisi permasalahan geopolitik. Sebagai akibatnya,
hasilnya hanya berupa sebuah pembahasan sederhana, dengan jangkauan sempit dan tidak terlalu mendalam. Pendek kata,
penulisan buku ini memang tidak dilandasi ambisi akademik
yang berlebihan, melainkan sekedar respons pribadi saya
sebagai orang Jember yang berasal dari luar daerah (sudah sejak
lama saya tidak lagi merasa sebagai orang Kediri yang tinggal di
Jember). Saya juga menghindari gagasan ambisius mengenai
pembahasan posisi kebudayaan Pendalungan di tengah kancah
pergulatan kebudayaan nasional, meskipun hal itu asyik dan
menggiurkan. Bolehlah dikatakan tulisan ini sekedar unek-unek,
keluh-kesah, jalan-jalan santai, tanpa teori dan metodologi yang
rigid dan rapi. Ya, ini memang bukan skripsi apalagi disertasi.
Berkenaan dengan identitas budaya, selama ini para peneliti
lebih menyukai bertanya mengenai cara-cara bagaimana suatu
etnis merepresentasikan ‗perbedaan budaya‘ dibanding etnisetnis
lain. Di sepanjang
buku
ini,
saya
lebih
suka
bertaya
tentang
bagaimana
mereka merepresentasikan keunggulan-keunggulan
yang mereka miliki. Mencari perbedaan-perbedaan tidak terlalu
sulit dilakukan, tapi saya tidak suka memilih cara demikian
untuk menjelaskan persoalan identitas budaya.
Dalam hal penggunaan istilah, baik tulisan maupun
pengucapannya secara lisan, dalam buku ini saya memilih istilah
Pendalungan (bukan Pendhalungan, Pandalungan,
Pandhalungan, atau Mendalungan). Alasan sederhana namun
cukup rinci mengenai hal ini saya uraikan pada bab khusus yang
secara spesifik membahas etimologi istilah Pendalungan. | en_US |