Show simple item record

dc.contributor.authorSundari, Asri
dc.date.accessioned2017-07-21T09:05:27Z
dc.date.available2017-07-21T09:05:27Z
dc.date.issued2017-07-21
dc.identifier.isbn978-602-61439-1-4
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/80459
dc.descriptionProsiding Himpunan Sarjana Kesusastraan indonesia Komisariat Universitas Negeri Yogyakartaen_US
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis mengenai proses konstruksi sosial gaya kepemimpinan Sekolah Menengah di Kabupaten Jember dengan mengkombinasikan bentuk kearifan lokal Ajaran kepemimpinan Jawa Pancadharma yaitu lima kewajiban yang harus diajarkan kepada siswa antara lain: 1. Guna, siswa harus mempunyai ilmu yang tangguh, 2. Sudira, siswa harus mempunyai tanggung jawab, 3. Susila, siswa harus mempunyai tata krama/ santun, 4. Anuraga, siswa harus tahu kebenaran, 5. Sambegana, siswa harus mempunyai strategi dan waspada. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kasus. Subyek penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling. Penelitian menetapkan sumber informasi kunci (Key Informan) yaitu kepala sekolah serta sumber informasi, penunjang yang terdiri dari guru, karyawan, wali murid. Pada realitanya banyak sekolah menengah di Kabupaten Jember dalam melaksanakan Permendiknas No 28 Tahun 2010 tanpa memberikan bentuk-bentuk budaya setempat namun hanya sekedar memberikan ilmu tanpa melandasinya dengan kearifan lokal dan realitanya hanya menerapkan aturan legal formal, yakni menerapkan kepemimpinan barat sehingga tujuan sekolah tersebut tidak tercapai secara optimal. Selanjutnya Kepala sekolah berusaha dengan menggabungkan antara gaya legal formal dan mengkombinaskan dengan kearifan lokal Jawa yakni ajaran Pancadharma. Ternyata penggabungan tersebut menghasilkan kinerja yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah sangat khas yakni bentuk-bentuk refleksi ajaran Pancadharma yang berisi konsep-konsep yang menjunjung nilai-nilai filosofi pendidikan berupa ungkapanungkapan tradisional, seperti bentuk Tuturan, Wejangan, Paribasan, Tembang telah berhasil ditransformasikan ke dalam gaya kepemimpinan pendidikan legal formal. Konsep tersebut berhasil dikonstruksi melalui tiga tahapan yakni internalisasi, obyektifitas, dan eksternalisasi akhirnya tercapai dengan optimal.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectKepala sekolahen_US
dc.subjectGaya Kepemimpinanen_US
dc.subjectPancadharmaen_US
dc.subjectKonstruksi Sosialen_US
dc.subjectInstitusi Publiken_US
dc.titleAJARAN PANCADHARMA LAKON WISUDHA SATRIATAMA DALAM INSTITUSI PUBLIKen_US
dc.typeProsidingen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record