dc.description.abstract | Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak
78,6% responden postitif menderita gejala CTS. Berdasarkan analisis data
menggunakan metode Spearman’s Rho diketahui terdapat hubungan bermakna
antara usia dengan gejala CTS dengan nilai signifikansi 0,044 dimana nilai ini <
nilai α yaitu 0,05 maka H0 ditolak. Usia dengan gejala CTS memiliki korelasi
yang rendah dengan nilai Correlation Coefficient (CC) sebesar 0,313. Demikian
pula pada variabel status gizi (IMT) terdapat hubungan bermakna antara status
gizi dengan gejala CTS dengan nilai signifikansi 0,023 dan memiliki korelasi
yang lemah dengan nilai CC 0,351. Terdapat hubungan yang bermakna antara
variabel masa kerja dan gejala CTS dengan nilai signifikansi 0,000 serta memiliki
korelasi yang kuat dengan nilai CC sebesar 0,662. Gerakan repetitif memiliki
hubungan yang bermakna dengan gejala CTS yang mempunyai nilai signifikansi
sebesar 0,000 dan juga memiliki korelasi yang kuat antara variabel gerakan
repetitif dan gejala CTS dengan nilai CC sebesar 0,576. Demikian juga variabel
postur kerja memiliki hubungan yang bermakna dengan gejala CTS yang
mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,000 dan mempunyai korelasi yang kuat
antara variabel postur kerja dan gejala CTS dengan nilai CC sebesar 0,633.
Sedangkan pada variabel jenis kelamin yang memiliki nilai signifikansi 0,437
yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan gejala CTS.
Demikian pula variabel riwayat penyakit yang memiliki nilai signifikansi 0,461
tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan gejala CTS. Faktor yang
menjadi determinan gejala CTS pada pekerja pemecah batu di Kecamatan
Sumbersari dan Sukowono Kabupaten Jember adalah usia, status gizi (IMT), masa
kerja, gerakan repetitif dan postur kerja. | en_US |