HUBUNGAN ANTARA PAPARAN DEBU ASAP LAS (WELDING FUME) DAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DENGAN GANGGUAN FAAL PARU PADA PEKERJA BENGKEL LAS (Studi di Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya)
Abstract
Pengelasan adalah penyambungan dua bahan atau lebih yang didasarkan pada
prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang
disambung. Proses pengelasan menghasilkan sisa kegiatan berupa debu asap las
(welding fume) dan gas karbon monoksida yang merupakan bahan kimia yang
berdampak negatif pada kesehatan paru. Penyakit paru akibat kerja di Indonesia
mencapai angka yang cukup tinggi. Gangguan faal paru di pengaruhi oleh beberapa
faktor risiko seperti umur, lama paparan, masa kerja, merokok, status gizi,
penggunaan APD, iklim kerja (suhu dan kelembaban), debu asap las (welding fume)
dan karbon monoksida.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis debu asap las (welding fume) dan
gas karbon monoksida dengan gangguan faal paru pada pekerja las. Penelitian ini
dilakukan di 5 bengkel di Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional dengan
rancangan cross sectional. Responden pada penelitian ini sebanyak 36 pekerja.
dengan rincian 19 pekerja pada bengkel A, 2 pekerja pada bengkel B, 6 pekerja pada
bengkel C, 3 pekerja pada bengkel D, 6 pekerja pada bengkel E. Pengukuran kadar
debu dilakukan pada 5 titik pada tiap bengkel. Kadar debu asap las (welding fume)
didapat dari hasil pengukuran dengan menggunakan High Volume Dust Sampler, dan
gas karbon monoksida diukur dengan CO monitor. Gangguan faal paru diketahui
dengan hasil pengukuran faal paru pekerja menggunakan spirometri, karakteristik individu (umur, lama paparan, masa kerja, kebiasaan merokok, status gizi, kebiasaan
menggunakan APD) di dapatkan dari hasil kuesioner dan wawancara. sedangkan
iklim kerja didapat dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban menggunakan
termohigrometer/heat stress. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji
asosiasi spearman dengan α sebesar 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara karakteristik individu, yaitu umur dengan gangguan faal paru (p = 0,015)
berarti umur berpengaruh terhadap terjadinya gangguan faal paru seseorang. Lama
paparan memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan faal paru (p = 0,006),
bahwa lama paparan setiap pekerja berpengaruh terhadap gangguan faal paru. Masa
kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan gangguan faal paru (p = 0,009),
semakin lama masa kerja sangat berpengaruh terhadap gangguan faal paru. Terdapat
hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan gangguan faal paru (p =
0,006) dan jumlah konsumsi rokok dengan gangguan faal paru (p = 0,000), bahwa
orang yang memiliki kebiasaan merokok memiliki risiko lebih besar terkena
gangguan faal paru dan diperburuk dengan jumlah konsumsi rokok yang banyak akan
semakin rentan terkena gangguan faal paru. Terdapat hubungan yang signifikan
antara paparan debu asap las (welding fume) dengan gangguan faal paru (p = 0,027).
Gangguan faal paru dapat terjadi akibat paparan debu asap las (welding fume) yang
berkelanjutan dan di tambah lama paparan serta masa kerja yang lama akan
meningkatkan risiko terkena gangguan faal paru. Variabel status gizi, karbon
monoksida, suhu udara serta kelembaban tidak memiliki hubungan yang signifikan
dengan gangguan faal paru.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pekerja untuk mengurangi jam
kerja untuk mengurangi paparan debu asap las (welding fume) dan mengurangi
kebiasaan merokok atau bahkan berhenti merokok. Bagi pemilik bengkel lebih
memberikan waktu kerja yang tidak lebih dari 8 jam per hari pekerja serta
menyediakan APD yang sesuai. Bagi pemerintah lebih melakukan pengawasan
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]