KEBIJAKAN CINA MEMBATASI EKSPOR LTJ (LOGAM TANAH JARANG) KE AMERIKA SERIKAT
Abstract
LTJ (Logam Tanah Jarang) atau dikenal dengan istilah rare earth merupakan
salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan mineral langka
bahan dasar utama industri elektronik dan industri militer. Hampir semua produk
berteknologi tinggi saat ini, mulai dari televisi, telepon seluler, sampai mobil hibrida
dan perangkat pemandu rudal nuklir yang bersifat ramah lingkungan membutuhkan
LTJ. Cina merupakan negara pengguna, penghasil, dan pengekspor LTJ terbesar di
dunia dengan persentase penerapan paling tinggi. Namun sejak tahun 2009,
Pemerintah Cina menerapkan berbagai restriksi ekspor atas LTJ. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui alasan dan kepentingan Cina menerapkan berbagai
pembatasan ekspor LTJ tersebut.
Metode penelitian yang dipakai adalah metode pengumpulan data dan
metode analisis data. Data-data dikumpulkan dengan menggunakan teknik penelitian
kepustakaan (Library Research) berupa data-data sekunder yaitu buku, jurnal, koran,
terbitan, majalah, internet dan media elektronik yang valid dan objektif dan
kemudian dianalisa menggunakan metode deskriptif. Unit analisis yang digunakan
adalah Cina sebagai negara komunis dan unit ekaplanasi dalam penelitian ini adalah
kebijakan Cina membatasi ekspor LTJ ke Amerika Serikat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan Cina menerapkan berbagai
hambatan ekspor tersebut adalah adanya kepentingan nasional Cina memonopoli
kepemilikan LTJ dan pertimbangan cost and benefit dengan cara memperbaiki
sistem penambangan yang selama ini banyak dilakukan secara illegal, menaikkan
harga LTJ yang rendah, fokus terhadap perbaikan lingkungan, penghematan LTJ
dimasa depan dan kebutuhan dalam negeri yang semakin meningkat. Usaha-usaha
itu dilakukan dengan cara menerapkan kuota, pajak, pembatasan lisensi untuk
perusahaan asing serta pemberlakuan berbagai kebijakan terkait LTJ.
Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa dengan diterapkannya kebijakan
pembatasan LTJ ini, Pemerintah Cina mendapatkan keuntungan yang maksimal
dalam hal finansial sebagai ganti atas biaya yang selama ini harus dikeluarkan oleh
Pemerintah Cina. Harga LTJ naik menjadi sepuluh kali lipat dan permintaan akan
LTJ tetap tinggi karena dependensi negara-negara pengimpor. Pemerintah Cina
berhasil memonopoli LTJ dengan kepemilikan cadangan terbesar di dunia dan
kemudahan akses perusahaan domestik akan kebutuhan LTJ. Namun, langkah Cina
memonopoli LTJ ini mendapatkan banyak tentangan dari berbagai pihak khususnya
Amerika Serikat yang merasa dirugikan akibat kebijakan pembatasan ekspor LTJ
Cina ini. Akibatnya Amerika Serikat mengajukan beberapa tuntutan kepada WTO
terkait restriksi perdagangan ini.