Show simple item record

dc.contributor.advisorWahyuningsih, Sri
dc.contributor.advisorAhmad, Hamid
dc.contributor.authorK, Ahmad Faruq
dc.date.accessioned2015-12-06T18:03:29Z
dc.date.available2015-12-06T18:03:29Z
dc.date.issued2015-12-06
dc.identifier.nim101710201061
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66693
dc.description.abstractBanjir adalah genangan air di permukaan tanah, yang terjadi akibat tidak baiknya sistem drainase, sehingga tumpahan air hujan dan atau kiriman air dari daerah hulu tidak tertampung oleh sungai. Banjir merupakan salah satu bencana yang frekuensinya paling besar di Indonesia. Metode TLM (Threshold Level Method) merupakan metode yang digunakan untuk penentuan atas ambang batas banjir yang selanjutnya diolah menjadi data jumlah dan lama kejadian banjir serta jumlah pelampauan debit sungai. Metode TLM digunakan untuk menentukan ambang batas banjir yang terjadi di sungai dan input data yang digunakan hanya data rekaman debit pada periode tertentu. Nilai debit yang melampaui ambang batas dikatakan mengalami kelebihan air yang selanjutnya dinyatakan sebagai peristiwa banjir. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ambang batas banjir pada 24 DAS di tiga wilayah UPT PSDA Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015. Studi dilakukan pada 24 DAS di wilayah UPT PSDA Malang, Madiun, dan Bojonegoro. 24 DAS tersebut yaitu (1) DAS Bacem, (2) DAS Lebaksari, (3) DAS Jabon, (4) DAS Baros, (5) DAS Temon, (6) DAS Keser, (7) DAS Kebak, (8) DAS Pundensari, (9) DAS Nambangan, (10) DAS Magetan, (11) DAS Kauman, (12) Napel, (13) Ngawi, (14) Kedungpring, (15) Ngindeng, (16) Cepu, (17) Setren, (18) Pejok, (19) Babat, (20) Gandek, (21) Merakurak, (22) Genaharjo, (23) Singgahan, dan (24) Belikanget. Penentuan ambang batas banjir dengan metode TLM adalah dengan menggunakan nilai persentil 90 (Q90) dari data rekaman debit masing-masing DAS yang diamati. Sehingga, kejadian debit yang melampaui ambang batas yang telah ditentukan akan dikatagorikan sebagai kejadian banjir. Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada 24 DAS yang tersebar di wilayah UPT PSDA Malang, Madiun dan Bojonegoro dengan menggunakan data debit selama 6 tahun diperoleh ambang batas debit banjir yang terbesar adalah pada DAS Babat sebesar 990 m3/s dan terkecil pada DAS Baros sebesar 0.13 m3/s, sedangkan untuk banyaknya kejadian banjir terbanyak terjadi pada DAS Kedungpring sebanyak 122 kejadian dan yang paling sedikit pada DAS Belikanget sebanyak 23 kejadian. Berdasarkan hasil pengamatan kejadian banjir dengan menggunakan TLM diperoleh karakteristik banjir yaitu pada 24 DAS yang diamati jika dirata-rata kejadian banjir paling banyak terjadi pada bulan Februari dan Maret yang selanjutnya di sebut sebagai bulan rawan banjir. Sedangkan, untuk sebaran kejadian banjir tahunan terbanyak terjadi pada tahun 1998 dan 2001.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectAmbang Batasen_US
dc.subjectBanjiren_US
dc.titleANALISIS KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH UPT PSDA MALANG, MADIUN, DAN BOJONEGORO MENGGUNAKAN METODE AMBANG BATASen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record