dc.description.abstract | Briket merupakan salah satu bentuk bahan bakar alternatif limbah organik.
Limbah peternakan dan limbah pertanian merupakan contoh limbah yang belum
dimanfaatkan secara optimal. Kotoran sapi salah satu contoh limbah peternakan
yang memiliki nilai kalor sebesar 4063 kkal/kg dan dapat dijadikan arang dengan
rendemen 33%, yang merupakan perbandingan hasil pirolisis dari limbah
pertanian. Sekam padi merupakan limbah pertanian yang berasal dari lapisan
keras kulit padi yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang
saling berhubungan. Sekam dapat dikategorikan sebagai biomassa karena sekam
dapat digunakan untuk bahan baku industri, pakan ternak, dan bahan bakar. Nilai
kalor sekam adalah sebesar 3000 kkal/kg.
Teknologi pembuatan briket adalah penerapan teknik densifikasi atau
pemadatan melalui teknik pengempaan, dimana bahan yang akan dikempa
(umumnya berupa butiran, serbuk, atau berukuran kecil dan tidak seragam)
diubah menjadi bentuk dan ukuran tertentu yang bersifat padat. Teknologi
pengempaan dan rangkaian proses yang digunakan ditentukan oleh jenis dan
kondisi fisik (kadar air dan ukuran) bahan, dan jenis produk yang diinginkan
(arang atau bukan, ukuran, bentuk, tingkat kepadatan).
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2014 sampai September 2014 di
Laboratorium Alat dan Mesin Keteknikan Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kotoran sapi dan sekam padi yang di arangkan. Penelitian ini
dilakukan dengan 5 variasi perbandingan bahan kotoran sapi dan arang sekam
padi 20 : 80, 40 : 60, 50 : 50, 60 : 40 dan 80 : 20. Dilakukan pengempaan sebesar
119,43 g/cm
3
dan penambahan tepung tapioka 50 g sedangkan parameter yang
digunakan untuk analisa ini adalah suhu yang dihasilkan dari berbagai variasi.
Data hasil pengukuran di analisis menggunakan uji ANOVA 1 arah.
Proses pembuatan briket dilakukan dengan cara pengempaan bahan
kotoran sapi dan arang sekam padi. Pencampuran dengan perekat menggunakan
larutan tepung tapioka dengan komposisi tepung tapioka dengan air adalah 1 : 15.
Untuk pencetakan perlu disiapkan tabung besi sebagai tempat bahan yang akan
dikempa. Selanjutnya bahan yang akan dikempa, dicampur dan dimasukkan
kedalam tabung kemudian dikempa menggunakan alat pengempa hidrolis ditekan
dengan tekanan yang sama pada setiap perlakuan sebesar 119,43 gr/cm
bahan
yang telah dikempa dikeringkan dibawah terik matahari selama 48 jam.
Berdasarkan hasil penelitian, nilai kadar setiap perlakuan untuk P
1
6,06%,
P
2
6,15%, P
3
6,91%, P
4
7,03%, dan P
5
7,92%. Dari uji ANOVA menunjukkan
bahwa nilai kadar air pada setiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata. Pengujian suhu briket yang dihasilkan pada setiap perlakuan dapat
diketahui P
1
= 126,67
0
C ,P
2
= 124
0
viii
C, P
3
= 123,33
0
C, P
4
= 115,33
0
C, dan P
5
C
dan lama dari nyala briket ini adalah P
1
=126,7 menit, P
2
= 118,3 menit, P
3
= 100
menit, P
4
= 96,7 menit
,
dan P
5
96,7 menit. Kemampuan briket menaikkan suhu air
dengan berat air 1000 gram pada setiap perlakuan adalah P
1
= 91,33
=
90,67
0
C , P
3
= 73
0
C, P
4
= 67,67
0
C , dan P
5
= 59, 33
0
C. Berdasarkan uji ANOVA
pada setiap perlakuan menunjukkan terjadi perbedaan yang nyata. Hal ini
menunjukkan bahwa banyaknya sekam didalam komposisi briket memiliki
pengaruh yang besar terhadap nyala dan lama dari api briket tersebut. Rata – rata
jumlah energi yang dihasilkan oleh briket pada setiap perlakuan adalah P
1
=
270,20 kJ, P
2
= 266 kJ, P
3
= 186,20 kJ, P
4
= 170,80 kJ, dan P
5
=135,80 kJ.
Banyaknya kandungan karbon didalam sekam padi menyebabkan tingginya energi
yang dihasilkan oleh briket Laju pembakaran merupakan kecepatan briket habis
terbakar hingga menjadi abu. P
1
= 0,01015 g/s, P
2
= 0,01141 g/s, P
3
= 0,01336 g/s,
P
4
= 0,01380 g/s, dan P
1
=0,01378 g/s. Dari hasil uji ANOVA nilai laju
pembakaran tidak terjadi perbedaan yang nyata. | en_US |