Show simple item record

dc.contributor.authorAna Fauziah
dc.date.accessioned2015-03-27T10:56:23Z
dc.date.available2015-03-27T10:56:23Z
dc.date.issued2015-03-27
dc.identifier.nimNIM102310101063
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/62052
dc.description.abstractPenyakit gout adalah salah satu contoh penyakit degeneratif yang sangat mengganggu kualitas hidup seseorang. Jumlah pasien gout cenderung meningkat dan kebanyakan tergolong pada kelompok usia produktif. Secara tidak langsung, penyakit ini akan berdampak pada penurunan produktivitas kerja. Jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi menjadi salah satu penyebab seseorang terkena gout. Ada beberapa kondisi yang dapat memicu kekambuhan gout, salah satunya yaitu kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi. Pengaturan makanan merupakan hal yang sangat penting karena pasien dengan penyakit gout harus mengkonsumsi makanan dengan kandungan purin rendah. Jika pola makan tidak diubah, maka kadar asam urat dalam darah yang berlebihan akan menumpuk menjadi kristal asam urat. Pada tingkat yang lebih parah, timbunan kristal akan menyebabkan purin mengendap pada persendian. Endapan purin akan menimbulkan batu karang (tofus) dan radang jika dipicu oleh benturan, suhu dingin, atau stress. Jika sendi bergerak, kristal-kristal yang berada di dalam pembuluh darah saling bergesekan dan menimbulkan rasa nyeri. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode observasional analitik dan pendekatan cross sectional dengan sampel yang terdiri dari 36 responden. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling dengan alat pengumpul data berupa kuesioner pola makan dan frekuensi kekambuhan nyeri. Analisa data menggunakan uji chi square dan didapatkan nilai P value= 0,017 (α=0,05) yang berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan nyeri pasien gout. Parameter kekuatan hubungan yang digunakan adalah OR (odds ratio), yaitu sebesar 6,875 yang dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki pola makan buruk mempunyai peluang 6,8 kali lebih besar untuk sering mengalami kekambuhan nyeri gout dibandingkan dengan seseorang yang memiliki pola makan baik. Hasil penelitian mengindikasikan pentingnya peningkatan peran perawat sebagai edukator dan konselor dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan yang benar pada pasien gout sehingga kekambuhan nyeri dapat dicegah.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries102310101063;
dc.subjectHubungan Pola Makan dengan Frekuensi Kekambuhan Nyeri Pasien Gout di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jemberen_US
dc.titleHUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN NYERI PASIEN GOUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALISAT KABUPATEN JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record