dc.description.abstract | Hasil penelitian tesis ini adalah : pertama, anggota TNI dan Polri tidak
diberi hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilu dikarenakan anggota TNI dan
Polri membawa senjata, yang berbeda dengan masyarakat sipil yang tidak
membawa senjata, sehingga dapat dimaknai anggota TNI dan Polri itu mempunya
kedudukan yang luar biasa (extraordinary position). Secara teoretik memang
anggota TNI dan Polri mempunyai hak yang sama dengan warga sipil lainnya,
namun secara praktik hal tersebut masih belum bisa dilaksanakan. Hak memilih
dan dipilih bagi anggota TNI dan Polri dalam pemilu dapat diberikan karena
anggota TNI dan Polri mempunyai hak yang sama sebagai warga negara ; kedua,
Larangan bagi anggota TNI dan Polri untuk memilih dan dipilih dalam pemilu
adalah bertentangan dengan asas persamaan di hadapan hukum. Anggota TNI dan
Polri mempunyai kedudukan yang sama sebagai warganegara yang berhak untuk
memilih maupun dipilih dalam pemilu. Asas persamaan dihadapan hukum
mengharuskan bahwa setiap orang harus diposisikan sama dihadapan hukum,
tanpa adanya diskriminasi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut direkomendasikan, bahwa pertama,
perlu dilakukan rekonseptualisasi dan perubahan terhadap hak pilih dan dipilih
bagi anggota TNI dan Polri. Kedua, perlunya perubahan terhadap peraturan
perundang-undangan yang mengatur hak pilih dan dipilih bagi TNI dan Polri.
Pertama, UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI Pasal 39; kedua, UU Nomor 2
Tahun 2002 tentang Polri Pasal 28 Ayat (1) dan Ayat (2); ketiga, Pasal 326 UU
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Anggota DPR, DPD dan DPRD. | en_US |