Model Interaksi Protein Koro Pedang ( Canavalia ensiformis L. ) Dengan Gum Xanthan ;
Abstract
Interaksi antara protein dan polisakarida mempunyai peranan yang sangat 
penting dalam pembentukan struktur dan stabilitas produk makanan serta sifat 
fungsional protein yang baik dan lebih stabil. 
Dalam mengoptimalkan sifat fungsional protein koro pedang sebagai bahan 
tambahan makanan perlu adanya modifikasi dengan menginteraksikan dengan gum 
xanthan. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana model interaksi yang tepat untuk 
menghasilkan bahan tambahan makanan yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan 
untuk : (1) Mengetahui sifat fungsional yang spesifik antara interaksi protein koro 
pedang dan gum xanthan. (2) Mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan 
garam (NaCl dan CaCl 2), asam askorbat dan pengaruh suhu terhadap model interaksi 
protein koro pedang dan gum xanthan. 
Penelitian model interaksi protein koro pedang dengan gum xanthan 
dilakukan dengan mengamati sifat fungsional pada sistem interaksi protein-gum 
xanthan, serta pengaruhnya terhadap pH, kekuatan ionik, pengaruh rasio bahan, asam 
askorbat dan suhu. 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH berpengaruh terhadap keberhasilan 
interaksi senyawa tersebut. Gum xanthan adalah polisakarida anionik yang bermuatan 
negatif agar terjadi sistem interaksi ionik protein harus dikondisikan bermuatan 
positif. Oleh karena itu interaksi dilakukan pada pH dibawah titik isoelektrik yaitu  
pH 3. Perlakuan rasio gum xanthan yang lebih besar, viskositas interaksi semakin 
menurun dari 23.785 mp menurun hingga 6.875 mp (interaksi 0 jam); 27.97 mp 
menurun hingga 9.445 mp (interaksi 24 jam). Sedangkan kekeruhannya semakin 
tinggi dari 0.307 AU semakin naik hingga 1.2715 AU (interaksi 0 jam); 0.109 AU 
naik hingga 0.639 AU (interaksi 24 jam). Rasio protein yang lebih besar viskositas 
 iii 
semakin mengalami peningkatan yaitu dari 1.13 mp hingga 1.43 mp (interaksi 0 jam); 
1.36 mp hingga 1.94 mp (interaksi 24 jam) sedangkan kekeruhannya semakin 
menurun yaitu dari 0.318 AU menurun hingga 0.235 AU (interaksi 0 jam); 0.438 AU 
menurun hingga 0.229 AU (interaksi 24 jam).  
Sistem interaksi 24 jam menghasilkan viskositas dan kekeruhan yang lebih 
tinggi daripada sistem interaksi 0 jam. Kekuatan ionik sangat berpengaruh terhadap 
sifat interaksi yang ditunjukkan pada ion divalent CaCl 2 lebih berpengaruh pada 
kelarutan protein yang semakin menurun daripada NaCl yang memiliki ion 
monovalent. Asam askorbat merupakan katalis pembentukan ikatan S-S yang 
mempengaruhi sifat interaksi : semakin besar konsentrasi asam askorbat semakin 
rendah viskositas dan semakin tinggi kekeruhannya ditunjukkan dengan penambahan 
50 ppm asam askorbat viskositas 3.89 mp dan absorbansi 1.28 AU sedangkan bila 
asam askorbat ditambah menjadi 400 ppm viskositas menjadi 2.72 mp dan absorbansi 
2.192 AU. Sedangkan suhu yang tinggi akan menyebabkan terjadinya agregasi, 
sehingga hasil interaksi akan terbentuk serpihan-serpihan sehingga viskositas 
meningkat. Lama pemanasan masing-masing suhu berpengaruh pada viskositas 
larutan dimana semakin lama pemanasan, viskositas semakin menurun karena adanya 
kejenuhan yang menyebabkan terbentuknya flokulasi pada larutan sistem interaksi. 
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai 
berikut : (1). pada konsentrasi susu koro yang lebih besar menghasilkan agregasi 
yang besar yang ditandai viskositas menurun dan absorbansi meningkat sedangkan 
pada konsentrasi gum xanthan yang lebih besar menghasilkan agregasi yang berupa 
serpihan yang ditandai viskositas meningkat dan absorbansi menurun. (2). Garam 
(NaCl dan CaCl 2) pada sistem interaksi membentuk kompleks terlarut yang ditandai 
viskositas dan absorbansi sama dengan gum xanthan. (3). asam askorbat membentuk 
kompleks yang tidak terlarut semakin besar pada sistem interaksi sehingga viskositas 
menurun dan absorbansi meningkat. (4). pemanasan protein-gum xanthan membentuk 
agregasi yang berupa serpihan sehingga viskositas meningkat seiring dengan 
tingginya suhu.
