Show simple item record

dc.contributor.authorOnie Pratiwi Putri
dc.date.accessioned2014-01-16T23:45:10Z
dc.date.available2014-01-16T23:45:10Z
dc.date.issued2014-01-16
dc.identifier.nimNIM070210204371
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/15530
dc.description.abstractKeterampilan bercerita bagi siswa merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting untuk dikuasai. Pentingnya keterampilan bercerita tersebut akan memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan yang telah dialami oleh siswa kepada orang lain. Keterampilan bercerita ini terdapat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) salah satu kompetensi yang harus dicapai khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam aspek berbicara untuk kelas III sekolah dasar adalah siswa dapat menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dilihat, atau didengar. Berdasarkan pengamatan awal di lapangan menunjukkan bahwa pada kegiatan pembelajaran bercerita siswa kelas IIIA yang berjumlah 34 siswa, hanya 9 siswa yang berani dan lancar bercerita, sedangkan siswa yang lainnya masih kurang kemampuan berceritanya. Ada siswa yang bercerita dengan suara yang pelan, dan ada juga siswa yang tidak berani maju ke depan kelas untuk bercerita. Selain itu, permasalahan yang dialami oleh siswa adalah belum mampu bercerita dengan lancar, pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa, dan kurangnya bekal pengetahuan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita. Hal ini disebabkan karena pada saat mengajarkan bercerita pengalaman pribadi, metode yang digunakan kurang tepat dan guru belum menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita yang baik, sehingga siswa tidak tahu bagaimana bercerita yang baik. Masalah rendahnya kemampuan bercerita siswa kelas III SD Negeri 1 Klatak dapat diatasi dengan menggunakan teknik pembelajaran yang tepat. Salah satu teknik pembelajaran yang dinilai tepat adalah teknik pemodelan Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1) bagaimanakah penerapan pembelajaran dengan teknik pemodelan yang dapat meningkatkan kemampuan bercerita siswa kelas III SD Negeri 1 Klatak Banyuwangi dan 2) bagaimanakah kemampuan bercerita siswa kelas III SD Negeri 1 Klatak KalipuroBanyuwangi setelah pembelajaran dengan teknik pemodelan. Selaras dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan pembelajaran dengan menggunakan teknik pemodelan yang dapat meningkatkan kemampuan bercerita siswa kelas III SD Negeri 1 Klatak Banyuwangi dan mendeskripsikan kemampuan bercerita siswa kelas III SD Negeri 1 Klatak KalipuroBanyuwangi setelah menggunakan teknik pemodelan. vii Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Penelitian tindakan kelas yang diterapkan bersifat kolaboratif. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Klatak, karena kemampuan bercerita siswa kelas III sangat rendah. Data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil wawancara, sedangkan data kuantitatif didapat dari tes berupa skor/nilai siswa dalam bercerita pengalaman pribadi dan dideskripsikan dengan kata-kata. Sumber data adalah guru dan siswa kelas III SDN 1 Klatak Banyuwangi. Teknik pengumpulan data adalah observasi, tes, dan wawancara. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan bercerita siswa dapat meningkat dengan menggunakan teknik pemodelan. Pemodelan diterapkan pada siklus I dan siklus II dengan menghadirkan model dari siswa kelas V dan guru kelas III. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang lain termotivasi dalam belajar bercerita. Kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung lancar dan terjadi peningkatan dari prasiklus, siklus I, dan Siklus II. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah siswa yang menjawab pertanyaan, memperhatikan penjelasan guru, dan keaktifan siswa dalam bercerita. Pada kegiatan guru selama proses pembelajaran juga terlihat jauh lebih baik yaitu guru menghadirkan model pertama dan kedua serta memberikan penjelasan yang perlu diperhatikan dalam bercerita. Teknik pemodelan yang diterapkan dalam penelitian ini terbukti dapat meningkatkan kemampuan bercerita siswa. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pada siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan nilai dalam bercerita sebanyak 16 siswa atau 48% dari total 34 siswa dan pada siklus II meningkat menjadi 27 siswa atau 81% dari total 34 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa antara siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebanyak 11 siswa atau sebesar 32% dari total 34 siswa. Penggunaan teknik pemodelan dalam bercerita dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bercerita, dalam praktik pelaksanaannya disarankan kepada Kepala Sekolah dasar terutama pada guru kelas untuk memperhatikannya dan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pembelajaran bercerita.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries070210204371;
dc.subjectMENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWAen_US
dc.titleMeningkatkan Kemampuan Siswa Kelas III SDN 1 Klatak Banyuwangi dalam Bercerita melalui Teknik Pemodelanen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record