Analisis Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Hots Materi Barisan dan Deret Menurut Tahapan Krulik dan Rudnick
Abstract
Dalam mempelajari matematika, peserta didik perlu menguasai beberapa
kemampuan utama menurut National Council of Teachers of Mathematics
(NCTM), yaitu pemecahan masalah, komunikasi, koneksi, penalaran, dan
representasi. Pemecahan masalah menjadi kemampuan dasar yang esensial, di mana
Polya mendefinisikannya sebagai upaya mencari solusi dari permasalahan yang
kompleks. Keterampilan ini terkait erat dengan kehidupan sehari-hari dan sering
kali melibatkan soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) serta soal non rutin,
yang menuntut analisis dan pemikiran tingkat tinggi. Meskipun soal HOTS dan non
rutin berfungsi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan relevan dalam
konteks PISA, hasil PISA 2022 menunjukkan rendahnya skor literasi matematika
peserta didik Indonesia. Materi barisan dan deret dianggap penting untuk melatih
kemampuan ini, mengingat keterkaitannya dengan situasi kontekstual. Oleh karena
itu, penelitian diperlukan untuk menganalisis dan merancang perbaikan
pembelajaran guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dalam menyelesaikan
soal HOTS pada materi barisan dan deret sesuai dengan tahapan Krulik dan
Rudnick.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Pengambilan data
dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2024 sampai 23 Juli 2024. Lokasi penelitian
terletak di SMAN 2 Bondowoso dengan subjek penelitian merupakan peserta didik
kelas XI IPA 1 yang terdiri dari 30 peserta didik dengan rincian 5 peserta didik
dengan kemampuan pemecahan masalah matematis tinggi, 20 peserta didik dengan
kemampuan pemecahan masalah matematis sedang, dan 5 peserta didik dengan
kemampuan pemecahan masalah matematis rendah. Data kemampuan pemecahan
masalah matematis didapat dari skor tes pemecahan masalah. Berdasarkan rincian
pengelompokan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik
kemudian diambil 2 subjek penelitian dari tingkat kemampuan pemecahan masalah
matematis rendah untuk dianalisis dan dilakukan wawancara lebih dalam. Instrumen penelitian yang digunakan adalah soal tes dan pedoman wawancara yang
kemudian dianalisis, disajikan, dicek keabsahan datanya, dan dilakukan penarikan
kesimpulan.
Hasil analisis data pada penelitian ini didapat bahwa R1 dan R2 dengan
kategori kemampuan pemecahan masalah rendah pada tahapan membaca dan
berpikir dapat mengidentifikasi informasi penting, pertanyaan, dan
merepresentasikan permasalahan dengan baik. Pada tahapan menyelidiki dan
merencanakan, R1 dan R2 dapat mengatur informasi dan mencari informasi yang
cukup pada soal level C4 dan C6, namun pada soal level C5 tidak dapat mengatur
informasi dan mencari informasi yang cukup dikarenakan kedua subjek tidak dapat
mengaitkan informasi pada soal dengan konsep yang relevan. Pada tahapan
memilih suatu strategi, R1 dan R2 dapat memilih rumus yang benar dan tepat pada
soal C4 dan C6 walaupun secara ragu-ragu dan tidak dapat memilih rumus yang
tepat pada soal level C5. Pada tahapan menemukan suatu jawaban, R1 dan R2 dapat
menggunakan keterampilan komputasi dengan baik dan menemukan jawaban
walaupun jawaban yang didapat belum sepenuhnya tepat. Pada tahapan
menggambarkan dan menyampaikan, R1 dan R2 dapat membuat kesimpulan
walaupun belum sepenuhnya tepat.