Strategi Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang Batu Bara untuk Komoditas Kakao (Theobroma cacao L.) di Kabupaten Berau Kalimantan Timur
Abstract
Kabupaten Berau merupakan kabupaten yang sumber utama pendapatan
daerahnya berasal dari sektor pertambangan batu bara. Sektor pertambangan batu
bara memberikan dampak positif terhadap perekonomian namun memberikan
dampak negatif terhadap lingkungan karena mengakibatkan perubahan pada lahan
maupun pengairan. Pengembalian lahan melalui reklamasi dan revegetasi serta
pengembangan ekonomi masyarakat lingkar tambang menjadi kewajiban bagi
setiap perusahaan yang menjalankan operasional penambangan batu bara. Rencana
pengembangan komoditas kakao oleh Pemerintah Kabupaten Berau di luar
perkebunan kelapa sawit dan kakao sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pasar
komoditas kakao dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan bekas tambang batu
bara. Kesuburan tanah pada lahan bekas tambang batu bara yang rendah menjadi
faktor pembatas dalam pengembangan lahan menjadi lahan produktif perkebunan
kakao. Faktor-faktor pembatas lahan untuk pengembangan kakao dapat diketahui
melalui evaluasi kesesuaian lahan dengan melakukan analisis faktor tanah, iklim,
dan topografi lahan. Hasil evaluasi kesesuaian lahan menjadi acuan dalam
penyusunan strategi-strategi pengembangan lahan bekas tambang batu bara untuk
pengembangan komoditas kakao menggunakan metode analisis SWOT.
Evaluasi kesesuaian lahan bekas tambang batu bara untuk pengembangan
komoditas kakao pada penelitian ini dievaluasi menggunakan software ArcGIS.
Karakteristik lahan yang dilakukan evaluasi yaitu suhu udara, curah hujan, bulan
kering, tekstur tanah, kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), pH, Corganik, nitrogen (N), kalium (K), fosfor (P), kemiringan lereng, dan tingkat bahaya
erosi (TBE). Suhu udara dihitung menggunakan persamaan Braak guna mengetahui
suhu udara di lokasi penelitian. Metode Universal Soil Loss Estimation (USLE) digunakan untuk menghitung tingkat bahaya erosi di lokasi penelitian. Karakteristik
lahan dilakukan pembobotan dan dianalisis menggunakan metode Inverse Distance
Weighting (IDW) guna menaksirkan nilai dari setiap karakteristik yang dievaluasi.
Hasil evaluasi kesesuaian lahan kemudian dikelompokkan menjadi faktor internal
dan eksternal lahan agar dapat ditentukan skor dari masing-masing karakteristik
lahan melalui kegiatan wawancara. Skor yang diperoleh dilakukan perhitungan
sehingga diketahui posisi hasil evaluasi kesesuaian lahan pada kuadran SWOT
sebagai acuan untuk menyusun strategi-strategi pengembangan lahan.
Hasil evaluasi kesesuaian lahan bekas tambang batu bara di Kabupaten Berau
berada di kelas S2 dengan rentang kelas 36-43 menunjukkan bahwa lahan sesuai
untuk pengembangan komoditas kakao, namun memerlukan adanya perbaikan
terhadap faktor-faktor pembatas lahan guna mengoptimalkan potensi lahan.
Strategi pengembangan yang dapat diterapkan ialah strategi yang memanfaatkan
peluang untuk meminimalkan kelemahan pada lahan (strategi weaknessopportunities). Media perakaran dan retensi hara yang menjadi faktor penghambat
lahan dapat diperbaiki melalui pemberian bahan organik, dolomit, pupuk kompos,
pupuk kandang, dan pupuk anorganik (secara rasional). Faktor penghambat berupa
kemiringan lereng dapat diperbaiki melalui pembuatan teras pada lahan guna
memperpendek panjang lereng. Faktor pembatas berupa tingkat bahaya erosi diatasi
dengan melakukan pengelolaan terhadap vegetasi penutup dan konservasi lahan
dengan melakukan penanaman tanaman searah kontur lahan, pembuatan teras gulud
serta penanaman rumput penguat dan tanaman keras.