Analisis Keberlanjutan dan Strategi Pengembangan Rantai Pasok Sayur dan Buah pada Agritech Start Up Menggunakan Soft System Methodology
Abstract
Rantai pasok menjadi komponen penting dalam distribusi suatu komoditas pertanian. Hadirnya agritech start-up dalam bidang pertanian menjadi salah satu terobosan visioner yang mampu memangkas rantai pasok dari petani kepada konsumen menjadi lebih pendek dan lebih efisien. Namun sayangnya rantai pasok yang ada pada agritech start-up masih belum berkelanjutan dan memiliki berbagai kelemahan yang merugikan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis situasi dan kondisi terkini rantai pasok sayur dan buah pada agritech start-up, 2) menganalisis indeks keberlanjutan pada setiap dimensi pada agritech start-up, dan 3) menganalisis model konseptual dan rumusan strategi yang dibutuhkan oleh agritech start-up untuk dapat menciptakan rantai pasok berkelanjutan melalui pendekatan soft system methodology. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian berjenis kuantitatif dan kualitatif. Data yang digunakan terdiri dari data primer yang didapatkan melalui wawancara, observasi, dan diskusi bersama enam pakar serta tiga puluh petani mitra. Sedangkan data primer didapatkan melalui kajian literatur. Tahapan penelitian yang dilalui terdiri dari identifikasi kondisi rantai pasok terkini, penentuan indikator kinerja rantai pasok dengan melibatkan para pakar, penilaian indek keberlanjutan rantai pasok dengan melibatkan petani mitra, dan perancangan model konseptual dengan melibatkan para pakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat masalah pada struktur rantai karena kualitas komoditas yang dihasilkan tidak memenuhi standar dan menjadi limbah. Selain itu pada manajemen rantai ditemui bahwa kesepakatan kontrak dijalin berdasarkan kepercayaan. Hasil analisis keberlanjutan menunjukkan bahwa hasil multidimensi menunjukkan nilai 48,84, ekonomi 58,51, sosial 46,93, ekologi 32,61, teknologi 42,36 dan kelembagaan 63,80. Hasil analisis soft system methodology menunjukkan bahwa strategi yang dirumuskan antara lain penerapan contract farming, penerapan koordinasi secara berkala antara stakeholder, pendampingan GAP dan K3, penyusunan SOP bagi budidaya, penerapan peminjaman alat dengan pengawasan, penerapan sosialisasi literasi lingkungan, dan penerapan pasar cadangan (reverse logistic).