Peranan United Nation Women dalam Mengatasi Kekerasan Seksual terhadap Perempuan dan Anak di Kenya
Abstract
Kekerasan seksual yang terjadi pada perempuan dan anak di Kenya
merupakan isu kekerasan basis gender yang telah berlangsung lama. Sejarah
panjang konflik sipil dan perselisihan antar etnis menyisakan ketakutan dan
ancaman tersendiri bagi kaum perempuan di Kenya, termasuk konflik dalam
berumah tangga. Pemerintah dan masyarakat menganggap bahwa permasalahan
yang terkait dengan kaum perempuan merupakan permasalahan minor. Hal tersebut
berdampak pada agenda pemberdayaan masyarakat khususnya kaum perempuan
menjadi terhambat. Setelah menyadari bahwa perempuan juga memiliki keterikatan
dengan pembangunan nasionalnya, Pemerintah Kenya meminta UN Women untuk
membantu mereka menangani kasus tersebut. Tetapi dalam praktiknya walaupun
UN Women telah memberikan upayanya, peranannya dalam mengatasi VAWC
(Violence Against Women and Their Children) di Kenya masih kurang efektif. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan dan faktor apa
saja yang menyebabkan peranan UN Women di Kenya kurang efektif.
Dalam menganalisis permasalahan dan faktor penyebab kurang efektifnya
peranan UN Women di Kenya dalam mengatasi kekerasan seksual yang terjadi
pada perempuan dan anak, penulis menggunakan landasan konseptual yaitu konsep
organisasi internasional, peran INGO (International Non-Govermental
Organization), kekerasan seksual, dan paradigma feminisme radikal. Dalam
mendukung penelitian, penulis menggunakan metode kualitatif dengan dukungan
data sekunder yang diperoleh melalui buku literatur, e-book, jurnal ilmiah, artikel,
dan laporan eletronik. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan
metode deskriptif-kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa alasan yang dapat
disimpulkan menjadi penyebab kurang efektifnya peranan UN Women dalam
mengatasi kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Kenya. Faktor-faktor tersebut adalah Pemerintah Kenya yang tidak memiliki komitmen untuk
melindungi masyarakat Kenya terutama kaum perempuan. Lalu kurangnya jumlah
sumber daya manusia yang terlatih di semua sektor yang berpengaruh pada
terbatasnya data empiris dari lingkungan sekitar, sehingga evaluasi upaya
pencegahan masih sulit untuk dilakukan, yang selanjutnya berdampak pada
ketidakmampuan dalam mengendalikan pelanggaran berulang. Hal ini tidak lepas
dari adanya sistem patriarki yang membudaya pada masyarakat Kenya.