Analisis Risiko Rantai Pasok Agroindustri Tape Singkong di Kabupaten Bondowoso
Abstract
Tape singkong merupakan salah satu olahan singkong yang sangat terkenal
karena proses pembuatannya berbeda dengan olahan singkong yang lain karena
melalui proses fermentasi. Proses pembuatan tape singkong secara umum meliputi
perebusan, peragian dan fermentasi. Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu
sentra produksi tape singkong di Indonesia. Bondowoso juga diberi julukan sebagai
kota tape karena tape yang dihasilkan berbeda dengan tape yang diproduksi di
tempat lain. Hal ini mendorong masyarakat yang ada di Kabupaten Bondowoso
terus mengembangkan usaha produksi tape. Tape yang dibutuhkan oleh konsumen
harus memiliki jumlah, harga, rasa, tepat waktu dan lokasi yang diinginkan.
Beberapa faktor inilah yang mendasari bahwa perlu adanya penerapan manajemen
rantai pasok pada UD. Tape Manis Mekar Madu. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengidentifikasi struktur rantai pasok, mengidentifikasi risiko rantai pasok,
menentukan penilaian risiko rantai pasok paling tinggi serta menyusun rekomendasi
strategi penanganan risiko rantai pasok di UD. Tape Manis Mekar Madu.
Penelitian ini menggunakan beberapa metode yaitu identifikasi struktur
rantai pasok menggunakan metode Supply Chain Operations Reference (SCOR)
dan House of Risk (HOR). Metode SCOR digunakan untuk mengidentifikasi
struktur rantai pasok sedangkan metode HOR digunakan untuk menentukan
kejadian risiko, sumber risiko dan penentuan penanganan risiko.
Hasil penelitian menggunakan HOR fase 1 didapatkan aliran rantai pasok
pada UD. Tape Manis Mekar Madu melibatkan beberapa pelaku rantai pasok
meliputi Petani berperan sebagai penyedia bahan baku, sementara tengkulak
berperan sebagai pengepul hasil pertanian dari petani yang nantinya akan dijual
kepada UD. Tape Manis Mekar Madu selaku pihak pengolah tape singkong. Toko
Sumber Agung berperan sebagai distributor yang bertugas memenuhi pesanan para
konsumen di berbagai daerah. Pada pelaku rantai pasok petani didapatkan 9
kejadian risiko sementara tengkulak didapatkan 5 kejadian risiko dan pada UD.
Tape Manis Mekar Madu didapatkan 13 kejadian risiko serta Toko Sumber Agung
didapatkan 7 kejadian risiko.
Dan hasil menggunakan HOR fase 2 didapatkan rekomendasi strategi
penanganan petani yaitu (PA2) Menerapkan strategi pemeliharaan secara rutin,
(PA5) Membeli pupuk di toko lain (PA4) Melakukan pengecekan kembali
pemesanan. Untuk tengkulak yaitu (PA1) Selalu memperbarui informasi harga
singkong. Lalu ud. tape manis mekar madu yaitu (PA3) Memberikan pelatihan
terhadap tenaga kerja, (PA2) Pembuatan MOU dengan supplier bahan baku, (PA1)
Mencari supplier dengan bahan baku yang berkualitas, (PA4) Melakukan
pengecekan secara rutin. Serta toko sumber agung yaitu (PA1) Melakukan
pengawasan terhadap pekerja, (PA3) Melakukan pengecekan pada saat pembelian
dan (PA2) Menambah tenaga kerja tetap berpengalaman. Berdasarkan rekomendasi
strategi tersebut diharapkan mampu meminimalkan dampak yang diakibatkan dari
sumber risiko pada setiap rantai pasok