Pengembangan LKPD dengan Model Problem Based Learning pada Muatan IPAS Kurikulum Merdeka untuk Siswa Kelas IV SDN Dabasah 04 Bondowoso
Abstract
Kurikulum yang digunakan sebagai komponen yang penting dalam
pendidikan diharapkan dapat membuat peserta didik dapat memiliki keterampilan
dalam berpikir kreatif dan kritis, dapat membuat peserta didik mampu
mengembangkan kemampuan berpikir yang kompleks, sehingga guru harus dapat
mengembangkan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran salah satunya
LKPD. LKPD yang digunakan oleh peserta didik selama ini kurang mereka minati
karena penyajiannya masih sangat sederhana dan belum terdapat inovasi
didalamnya, sehingga perlu adanya pengembangan agar peserta didik dapat lebih
tertarik untuk mengerjakan LKPD, sehingga dapat pula lebih memahami materi
yang mereka pelajari.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dan hasil
pengembangan LKPD dengan model PBL pada muatan IPAS kurikulum merdeka
yang valid, efektif dan praktis. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimanakan proses dan hasil pengembangan pengembangan LKPD dengan
model PBL pada muatan IPAS kurikulum merdeka yang valid, efektif dan praktis.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini
menggunakan model Borg and Gall yang disesuaikan dengan tujuan penelitian
pengembangan dengan menggunakan 8 langkah diantaranya: (a) penelitian
pendahuluan; (b) perencanaan pengembangan; (c) pengembangan desain produk
awal; (d) validasi desain produk; (e) revisi produk awal; (f) uji coba penggunaan;
(g) revisi produk pengembangan; dan (h) uji coba keefektifan produk. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, tes hasil belajar, angket
dan dokumentasi. Proses pengembangan LKPD dengan model Problem Based Learning
yang pertama, penelitian pendahuluan melalui 3P (Paper, Place, dan Person).
Kedua, perencanaan pengembangan yang dikemas dalam proposal penelitian
pengembangan. Ketiga, pengembangan desain produk awal dengan menyusun
kisi-kisi desain lalu menyusun LKPD melalui aplikasi Canva. Keempat, validasi
desain produk dilakukan oleh 3 validator ahli. Kelima, revisi produk awal dengan
memperbaiki kekurangan LKPD sesuai saran validator. Keenam, uji coba
penggunaan yang dilakukan di SDN Kotakulon 2 Bondowoso. Ketujuh, revisi
produk pengembangan dilakukan berdasarkan balikan yang didapat dari uji coba
penggunaan LKPD. Kedelapan, uji coba keefektifan produk yang dilakukan di
SDN Dabasah 04 Bondowoso pada kelas eksperimen dan kontrol.
Hasil pengembangan LKPD dengan model Problem Based Learning ini
telah divalidasi oleh 3 validator ahli pada masing-masing bidangnya yakni ahli
media dengan skor 84 yang termasuk dalam kategori sangat layak, ahli bahasa
dengan skor 80 yang termasuk dalam kategori layak, dan validator ahli materi
mendapatkan skor 90 yang termasuk dalam kategori sangat layak. Keefektifan
LKPD diperoleh dari hasil uji coba keefektifan produk yang dilakukan di SDN
Dabasah 04 Bondowoso pada dua kelas yakni IVA sebagai kelas eksperimen dan
IVB sebagai kelas kontrol. Tingkat keefektifan relatif (ER) diperoleh hasil sebesar
58% yang termasuk dalam kategori keefektifan sedang. Kepraktisan LKPD dilihat
dari hasil angket respon peserta didik pada kelas eksperimen yang diperoleh skor
81,7 sehingga termasuk dalam kategori sangat praktis.
Adapun saran yang diberikan yakni bagi peserta didik, disarankan LKPD
dapat digunakan sebagai tambahan sumber belajar agar dapat meningkatkan
keterampilan berpikir dan mengatasi masalah. Bagi guru, sebaiknya LKPD
dengan model PBL dapat LKPD ini dapat dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran untuk mendorong keterlibatan aktif peserta didik dan menambah
daya tarik atau minat peserta didik untuk mengerjakan LKPD serta bagi peneliti
lain, sebaiknya LKPD dengan model PBL dapat dijadikan sebagai rujukan untuk
penelitian yang sama namun lebih dikembangkan lagi agar penelitian berikutnya
dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi.