Perbedaan Model Problem Based Learning dengan Pendekatan Realistik dan Pendekatan Saintifik terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada Materi Barisan dan Deret Aritmetika
Abstract
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang perlu untuk
dimiliki oleh setiap individu dalam menghadapi permasalahan termasuk dalam
permasalahan matematika. Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan
suatu cara berpikir untuk memperoleh pengetahuan dengan melakukan
pertimbangan dan membuat keputusan berdasarkan penalaran yang akan
digunakan dalam menyelesaikan masalah matematika. Kemampuan berpikir kritis
matematis siswa masih tergolong rendah, hal tersebut dibuktikan dengan hasil
wawancara yang dilakukan dengan guru matematika serta hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Rendahnya kemampuan berpikir kritis
matematis siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya penerapan
model dan pendekatan pembelajaran yang kurang inovatif sehingga
mengakibatkan kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan
kurangnya pemberian soal-soal yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis
matematis siswa. Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan suatu upaya dalam
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis matematis siswa serta meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Upaya yang dapat dilakukan adalah menerapkan model Problem Based Learning
(PBL) dengan pendekatan realistik dan pendekatan saintifik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan model problem based
learning dengan pendekatan realistik dan pendekatan saintifik terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada materi barisan dan deret
aritmetika. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen semu dengan bentuk desain penelitian nonequivalent control group
design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 3
Lumajang dan sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik simple
random sampling. Pemilihan kelas diawali dengan uji homogenitas pada tiga kelas yaitu kelas XI MIPA 3, XI MIPA 4, dan XI MIPA 5 yang diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,301 yang artinya nilai tiga kelas tersebut adalah sama atau
homogen, diperoleh sampel penelitian yaitu kelas XI MIPA 3 sebagai kelas
eksperimen yang menggunakan model PBL dengan pendekatan realistik dan kelas
XI MIPA 4 sebagai kelas kontrol yang menggunakan model PBL dengan
pendekatan saintifik. Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen tes dan
lembar obervasi. Instrumen tes yang digunakan berbentuk soal uraian yang
berjumlah dua soal. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah uji
normalitas, uji homogenitas, uji hipotesis, dan uji N-Gain. Hasil rata-rata nilai pretest pada kelas eksperimen yaitu 19,47, sedangkan
rata-rata nilai pretest pada kelas kontrol yaitu 20,06. Hasil pengujian data nilai
pretest menggunakan uji Independent Sample T-Test diperoleh nilai Sig. (2-
Tailed) > 0,05 yaitu sebesar 0,701 yang artinya tidak terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Sementara itu, hasil rata-rata nilai postest pada kelas eksperimen yaitu
68,66, sedangkan rata-rata nilai postest pada kelas kontrol yaitu 62,94. Hasil
pengujian data nilai postest menggunakan uji Independent Sample T-Test
diperoleh nilai Sig. (2-Tailed) < 0,05 yaitu sebesar 0,047 yang artinya terdapat
perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Hasil pengujian data nilai pretest dan posttest menggunakan uji
N-Gain diperoleh rata-rata nilai N-Gain pada kelas eksperimen sebesar 0,61 dan
rata-rata nilai N-Gain pada kelas kontrol sebesar 0,54. Berdasarkan rata-rata nilai
N-Gain pada kedua kelas, dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang termasuk
dalam kategori sedang. Meskipun kedua kelas sama-sama termasuk dalam
kategori sedang, namun peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa
kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Oleh karena itu,
berdasarkan hasil uji N-Gain maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model
problem based learning dengan pendekatan realistik pada kelas eksperimen lebih
baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa daripada
penerapan model problem based learning dengan pendekatan saintifik pada kelas
kontrol.