Interaksi Sosial dengan Konsep Diri Warga Belajar PKBM Miftahun Najah Kecamatan Kalibaru
Abstract
Interaksi sosial positif dapat meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri,
sedangkan interaksi negatif dapat menyebabkan keraguan dan rasa tidak aman.
Untuk mencapai tujuan tersebut, harus menyusun strategi untuk memenuhi
kebutuhan dan memaksimalkan potensi penduduk putus sekolah guna
meningkatkan keterlibatan sosial mereka. Masyarakat tidak sekolah memiliki
kebutuhan dan karakteristik yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya,
memerlukan perhatian khusus dalam hal pembinaan konsep dirinya, karena
mereka menghadapi tantangan dan hambatan yang lebih kompleks dalam proses
belajar mereka, seperti kurangnya fasilitas, waktu, dan dukungan sosial. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi sosial dengan konsep
diri warga belajar PKBM Miftahun Najah Kecamatan Kalibaru. Dengan rumusan
masalah, “adakah hubungan antara interaksi sosial dengan konsep diri warga
belajar PKBM miftahun najah kecamatan kalibaru?”. Dengan terlaksananya
penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan kesadaran tentang
pentingnya interaksi sosial dalam membentuk konsep diri yang positif.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni penelitian
korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Jenis Penelitian yang digunakan yakni
korelasi tata jenjang. Penelitian dilaksanakan di PKBM Miftahun Najah dengan
teknik penentuan responden menggunakan purposive sampling yakni warga
belajar PKBM Miftahun Najah dengan jumlah 20 orang. Teknik pengumpulan
data yang peneliti gunakan yakni menggunakan angket dan dokumentasi. Angket
penelitian terdiri dari 32 butir pertanyaan yang kemudian dianalisis menggunakan
rumus korelasi tata jenjang dengan menggunakan SPPS versi 22. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
interaksi sosial (X) dengan konsep diri (Y) warga belajar PKBM Miftahun Najah
dengan nilai korelasi sebesar 0,892 yang artinya antar variabel tersebut memiliki
hubungan dengan kategori sangat kuat. Selain itu, interaksi sosial dalam penelitian
ini mencakup aspek keterbukaan dan rasa positif yang telah dimiliki individu.
Peneliti juga melakukan analisis data pada tiap indikator. Analisis indikator
interaksi sosial dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan (berarti) antara variabel keterbukaan (X1) dengan konsep diri (Y)
warga belajar diperoleh koefisien korelasi hubungan (korelasi) antara variabel
keterbukaan (X1) dengan konsep diri (Y) warga belajar sebesar 0,880 atau
tergolong dalam tingkat korelasi yang sangat kuat. Dan ada hubungan yang
signifikan (berarti) antara variabel rasa positif (X2) dengan konsep diri (Y) warga
belajar diperoleh angka koefisien korelasi sebesar 0,890, yang berarti hubungan
(korelasi) antara indikator keterbukaan dengan konsep diri warga belajar 0,890
tergolong dalam tingkat korelasi yang sangat kuat.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, dapat disimpulkan
adanya hubungan yang signifikan dan sangat kuat antara variabel interaksi sosial
dengan konsep diri, indikator keterbukaan dengan konsep diri, dan indikator rasa
positif dengan konsep diri warga belajar. Serta, arah hubungan indikator-indikator
tersebut positif atau bersifat searah. Dimana, interaksi sosial berperan penting
dalam membentuk konsep diri dan identitas individu. Dampak pernyataan angket
aspek keterbukaan terhadap interaksi sosial adalah positif. Serta, perasaan positif
individu dapat meningkatkan konsep diri yang positif. Saran dari penelitian ini
yaitu Lembaga dapat memberikan kesempatan atau kegiatan lebih kepada warga
belajar yang membutuhkan interaksi sosial guna membentuk konsep diri warga
belajar.