Diplomasi Publik Jepang Melalui Olimpiade Tokyo 2020 di Masa Pandemi COVID-19
Abstract
Setelah pertama kali menggelar Olimpaide pada tahun 1964 lalu, untuk yang
kedua kalinya, Jepang kembali terpilih menjadi tuan rumah dari festival akbar
olahraga empat tahunan tersebut untuk Olimpiade 2020. Dengan ambisi bahwa
Olimpiade tersebut akan menjadi titik balik pasca diluluhlantahkan oleh bencana
Tohoku tahun 2011 lalu, Jepang mengusung semangat yang tinggi dan berharap
bahwa momen tersebut akan menjadi momen "recovery Olympics" bagi mereka.
Namun sayangnya nasib buruk menimpa Negeri Matahari Terbit. Ketika
pelaksanaan telah di depan mata, pandemi COVID-19 mulai menyebar ke seluruh
penjuru dunia —tak terkecuali, Jepang—. Dengan merambahnya pandemi COVID19 ke daratan Jepang, situasi sulit ini secara langsung turut mempengaruhi jalannya
Olimpiade Tokyo 2020. Dengan ancaman kesehatan yang semakin nyata,
pemerintah bersama IOC menyepakati keputusan untuk menunda pelaksanaan
kompetisi olahraga ini selama setahun, berharap situasi krisis kesehatan ini menjadi
membaik setahun kemudian. Dengan adanya pandemi ini, Jepang dipaksa untuk
'memutar otak' agar pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020 dapat bergulir kendati
tengah kondisi krisis kesehatan.
Penulisan skripsi ini dituntun dengan teori dan beberapa konsep. Teori yang
digunakan adalah teori Diplomasi, sementara konsep yang dipakai untuk
menjelaskan situasi Jepang adalah diplomasi publik dan soft power. Penggunaan
teori diplomasi dalam tulisan ini akan menjelaskan bagaimana tujuan Jepang selaku
tuan rumah kembali melaksanakan Olimpiade. Sementara itu, penggunaan konsep
diplomasi publik dalam pembahasan akan memberikan gambaran tentang ‘target’
dan tujuan dari diplomasi yang dilakukan oleh Jepang. Kemudian dengan
menggunakan konsep soft power yang diusung oleh Jonathan Grix, penulis akan
menjabarkan tentang bagaimana Jepang memanfaatkan soft power resources yang
dimiliki olehnya. Terakhir, konsep diplomasi Olimpiade akan merasionalisasikan
segala tindakan Jepang dalam mengeksploitasi Olimpiade sebagai media untuk
memanfaatkan soft power dalam memujurkan kepentingan diplomasi,
Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya bentuk adaptasi Jepang sebagai
bentuk disrupsi dalam melaksanakan Olimpiade yang berlangsung di masa
pandemi. Dari berbagai data yang dihimpun, dapat dilihat bahwa Jepang memiliki
perspektif yang berbeda dalam melaksanakan Olimpiade Tokyo 2020. Kontras
dengan apa yang dilakukan oleh berbagai tuan rumah sebelumnya, —dikarenakan
keberadaan pandemi COVID-19— Jepang memanfaatkan ajang ini sebagai
“kickstarter” untuk aktifitas diplomasi yang akan berlangsung di masa mendatang.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Jepang berhasil memanfaatkan Olimpiade ini
sebagai momen recovery Olympics. Recovery yang dimaksud bukan hanya dari
bencana Tohoku 2011, namun lebih jauh lagi, juga recovery dari pandemi COVID19.